|
PURWOKERTO - Dalam sepekan terakhir ini, hawa dingin menyerang Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Yang paling terkena dampaknya adalah Kota Purwokerto dan sepanjang kawasan wisata Baturraden. Selain akibat pergantian musim, hawa dingin yang menusuk tulang ini juga karena pengaruh kabut asap yang sering turun dari lereng Gunung Slamet. Untuk anak-anak yang tidak tahan dengan kondisi ini, banyak yang terkena diare dan deman. Beberapa rumah sakit dan klinik kesehatan di Purwokerto ataupun Banyumas, banyak menerima pasien anak balita yang terserang penyakit tersebut. Selain itu, sejumlah orang tua juga terkena diare. Kondisi ini kemungkinan akan bertambah parah karena musim kemarau sudah melanda sejumlah kecamatan di kabupaten itu sejak dua bulan terakhir. Guyuran hujan seharian Kamis lalu juga bersifat sporadis. Setelah itu, hujan kembali reda. Informasi yang dihimpun, sudah lebih dari tujuh anak balita dirawat di RSUD Banyumas karena terkena diare. Jumlah tersebut kemungkinan akan terus bertambah, mengingat kemarau baru berlangsung. Anak balita tersebut berasal dari daerah yang dilanda kekeringan atau krisis air bersih seperti di Kecamatan Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, dan Ajibarang. Di RS Wijayakusuma (DKT) Purwokerto, yang terakhir masuk ada lima anak. Sementara data di Dinas Kesehatan, sampai Juni kemarin tercatat 1.246 kasus diare di Banyumas. Bulan Juli ini diperkirakan akan terus meningkat. Data pasti belum masuk karena masih menunggu laporan puskesmas ataupun RS serta klinik kesehatan seperti PMI. Ketua Tim Dokter RSUD Banyumas, dokter Basalamah mengatakan, musim kemarau menjadikan sanitasi air menjadi kurang baik. Keterbatasan penggunaan air bersih juga membuat penyakit diare mudah menyerang, terutama anak-anak. Menurutnya, penyakit yang disebabkan virus ini mudah berjangkit di suatu daerah yang sanitasinya buruk. Apalagi bila daerah tersebut mengalami kelangkaan air, sehingga masyarakat menggunakan air yang ada untuk berbagai keperluan. (G22-42d) Post Date : 18 Juli 2006 |