Banyak Air dari Sumber Terbuang Percuma

Sumber:Kompas - 18 Juli 2008
Kategori:Air Minum

WATES, KOMPAS - Warga di Kecamatan Kokap dan Girimulyo, Kulon Progo, mengeluhkan banyak mata air yang tak dikelola dengan baik. Akibatnya, air yang sangat diperlukan di musim kemarau seperti saat ini kerap terbuang percuma dan meresap kembali ke dalam tanah, tanpa sempat termanfaatkan. Di sumber air Goa Sumitro, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, misalnya, hanya ada sebuah bak penampungan air bervolume sekitar 3 meter kubik. Volume bak ini tidak mampu menampung aliran air dari Goa Sumitro yang deras sehingga air meluap dari bak dan terbuang ke tanah. Beberapa warga Jatimulyo mengatakan apabila luapan air itu ditampung, maka debitnya bisa memenuhi satu ember air bervolume sekitar 10 liter, dalam tempo kurang dari lima menit. Saat ini belum banyak warga yang menampung luapan air tersebut karena masih mengandalkan air sumur dan PAM, meski semakin hari alirannya semakin kecil. Seharusnya ada pipa yang menghubungkan bak dengan rumah-rumah warga.

Air luapan bisa disimpan di dalam bak rumah warga sebagai cadangan di puncak musim kemarau, bulan Agustus nanti. Sayangnya, pipa itu belum ada sehingga air terbuang begitu saja, kata Sutimin, warga yang tinggal di sekitar Goa Sumitro, Kamis (17/7). Keluhan juga muncul dari warga di Desa Pendoworejo, Girimulyo. Menurut Santoso (20), di desanya terdapat banyak sendang (mata air) yang tidak mengering di musim kemarau. Sayangnya, sendang berada di bawah kaki bukit sehingga warga yang tinggal di atas bukit kesulitan menyalurkannya karena tidak mampu membeli mesin pompa air yang mahal. Alhasil, lanjut Santoso, warga Pendoworejo mengambil air dengan cara yang konvensional, yakni menampungnya ke dalam jeriken dan memikulnya hingga ke rumah.

Dari pagi hingga sore hari, luapan air masih bisa ditampung dan dimanfaatkan warga, tetapi selama malam hari tidak terhitung banyaknya air yang terbuang begitu saja ke permukaan tanah. Dulu pemerintah desa pernah mengusulkan bantuan pemerintah untuk penyediaan mesin pompa air, tetapi sampai sekarang nihil. Kalau saja ada pompa air, mungkin keadaan warga bisa lebih baik, tutur Santoso. Secara terpisah, warga di Desa Hargotirto, Kokap, juga menginformasikan banyak mata air belum termanfaatkan sebagai sumber pasokan air warga karena letaknya yang tidak terjangkau. Paimin (42), warga Hargotirto, mengaku hanya bisa mengelus dada melihat luapan air terbuang percuma. Kami tidak bisa mengalirkan air ke atas bukit karena melawan gaya gravitasi. Kalaupun memakai pompa air, biaya listriknya tinggi. Pada umumnya, warga di sekitar sini (Hargotirto) baru mampu menyediakan selang air, kata Paimin. (YOP)



Post Date : 18 Juli 2008