|
KESULITAN mendapatkan air minum dan air bersih bagi penduduk Kampung Wol, Bilah, dan Pau, di Desa Compang Kuleh, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, diharapkan segera berakhir. Dengan bantuan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) Rp 10.000.000, ditambah dana swadaya masyarakat lokal, penduduk Desa Compang Kuleh, sejak September lalu, mulai membangun saluran pipa air minum sepanjang lima kilometer. Proyek pembangunan saluran pipa air bersih di Compang Kuleh tidaklah mudah karena sumber air terletak di balik gunung sejauh lima kilometer. Melalui medan yang berat, pipa dipasang untuk mengalirkan air ke bak penampungan. Dengan kekompakan dan peralatan sekadarnya, kaum pria dibantu kaum perempuan mengumpulkan batu dan pasir untuk membangun sejumlah bak penampungan. Pembangunan saluran air minum mengundang antusiasme karena akan segera mengakhiri penantian panjang terhadap penyediaan air bersih dan air minum. Penyediaan air minum dan air bersih merupakan salah satu kesulitan terbesar bagi penduduk Compang Kuleh, yang juga jauh dari jangkauan jalan raya, dan tanpa penerangan listrik. Keinginan membangun saluran air minum dan melepaskan diri dari isolasi sudah sering dikemukakan penduduk Compang Kuleh, termasuk ke pejabat pemerintah. Namun, entah kenapa, sentuhan pembangunan kurang terasa di Compang Kuleh maupun berbagai desa di Kabupaten Manggarai Barat. Masyarakat Compang Kuleh bersama desa tetangga sudah belasan tahun membangun jalan raya dengan peralatan sekadarnya. Melalui medan berat dan bebatuan, upaya melepaskan diri dari isolasi itu tidak pernah memuaskan. Namun, kegigihan untuk terus membangun tampaknya tidak pernah surut. Kegigihan serupa sudah diperlihatkan dalam mendapatkan air bersih. Sudah berkali-kali dicoba, air dialirkan melalui batangan bambu, tetapi selalu berakhir dengan kekecewaan karena gagal. Sebagai dampaknya kaum perempuan harus berjalan berkilo-kilometer untuk mendapatkan air bersih, lebih-lebih pada musim kering bulan Juni-Agustus setiap tahun. Tidaklah mengherankan, tokoh adat seperti Edu Eso, Anton Matul, Andre Maku, dan ibu-ibu mengekspresikan kegembiraan luar biasa atas pembangunan saluran air bersih ini. Sebagaimana desa-desa di Flores atau NTT lainnya, Desa Compang Kuleh yang berpenduduk 559 jiwa tergolong miskin. Kesulitan air bersih tentu saja bukan hanya dialami Desa Compang Kuleh. Masih banyak kampung dan desa di Kecamatan Kuwus dan kecamatan lain di Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, yang sampai sekarang mengalami kesulitan air bersih. Padahal kebutuhan air bersih sangat vital. (RIKARD BAGUN) Post Date : 20 Oktober 2005 |