|
Warga menata jeriken saat antre untuk mendapatkan air dari sumur milik proyek pembangunan Metro Tanah Abang di Jalan Kebon Kacang 1, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (4/9). Sudah empat hari ini mereka harus bolak-balik lebih dari 10 kali ke lokasi tersebut. Kesulitan warga Jakarta memperoleh air bersih belum teratasi, sejak pasokan air PAM terhenti akibat jebolnya Pintu Air Kalimalang di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Janji Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan bantuan air bersih pun tak kunjung dirasakan warga. Sebagian besar warga di kawasan padat penduduk di Jakarta harus mengantre membeli air di beberapa rumah dan kamar mandi umum sejak aliran air PAM terhenti selama tiga hari ini, terhitung Jumat hingga Minggu (4/9). Tak sedikit yang harus berjalan kaki mendorong gerobak jeriken air untuk membeli air bersih. Hari Joni (23), warga Bandengan, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, harus berjalan sejauh lebih dari satu kilometer ke kampung tetangga untuk membeli air bersih. Itu pun masih harus mengantre lagi lebih dari satu jam. Untuk saat ini, Hari mengaku, belum merasa terlalu berat mencari air bersih karena masih libur Lebaran. Namun, Senin besok, mencari air bersih akan menjadi masalah besar karena dia sudah mulai masuk kerja. ”Pastinya repot sekali kalau saya sudah kerja. Paling hanya bisa mencari air pada malam hari,” kata ayah satu anak ini. Ditemui saat memantau arus balik mudik di Terminal Pulo Gadung, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan, pasokan air bersih untuk warga telah dilaksanakan sejak tiga hari lalu, dan itu terutama untuk warga di kawasan padat penduduk. Namun, tak dimungkiri ada beberapa daerah yang belum dapat giliran bantuan karena pasokan air bersih juga terbatas. Sementara aliran air PAM yang dikelola PT Palyja untuk wilayah Jakarta Utara dan beberapa wilayah di sekitarnya, masih kosong. Corporate Communication and Social Responsibilities Head PT Palyja Meyritha Maryanie mengakui, produksi air bersih memang masih nol karena tidak ada pasokan air baku. ”Kalau ada beberapa rumah di Jakarta Utara teraliri air mereka memperoleh aliran dari unit kami di Tangerang,” katanya. Adapun pasokan air baku yang melalui Pintu Air Kalimalang baru akan diperoleh jika pemasangan turap baja di pintu air itu sudah selesai. Dari informasi yang diperoleh, katanya, pemasangan turap baja itu selesai pada Minggu sore. Harga lebih mahal Kondisi berat juga dialami penghuni rumah susun di Jalan Tanah Pasir, Penjaringan. Mereka harus membayar lebih tinggi untuk membawa air ke rumah melalui tangga. Untuk lantai 1, satu jeriken dipatok Rp 3.000, lantai dua Rp 5.000 per jeriken. ”Padahal, untuk minum dan kebutuhan dapur dalam sehari, butuh empat jeriken. Kalau setiap hari seperti ini sangat berat,” kata Asih (32), yang tinggal di lantai satu rusun itu. Para korban kebakaran di Kelurahan Angke Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, juga masih kesulitan mendapatkan air bersih untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK). ”Kalau mau ke kamar mandi harus cari air dulu karena di toilet tidak ada air,” kata Sobali (54). Dua toilet keliling disiagakan di depan tenda-tenda pengungsian. Namun, warga mengeluhkan tidak ada pasokan air bersih untuk kebutuhan MCK. ”Mandi juga jarang. Kadang, kalau sudah keringatan, saya pilih ganti baju dengan baju sumbangan,” ujar ayah enam anak ini. Efendi (50), korban kebakaran, mengaku harus mencari air bersih hingga ke Pasar Jembatan Dua. ”Di situ, kalau pakai kamar kecil harus bayar Rp 1.000,” tutur Efendi. Camat Tambora Isnawa Adji mengakui, air bersih untuk MCK memang menjadi salah satu persoalan bagi korban kebakaran ini. Sebagian korban memilih mengungsi ke rumah saudara mereka. Saat ini, ada sekitar 1.000 korban kebakaran yang mengungsi ke tenda-tenda yang disediakan pemerintah dan ormas. Fauzi Bowo mengatakan, suplai air dengan mobil tangki akan ditingkatkan terutama untuk melayani kawasan padat penduduk dan kalangan berpenghasilan rendah. ”Kami juga menggunakan mobil tangki milik swasta, TNI, dan Polri. Diharapkan pasokan air normal pada Senin ini,” tutur Fauzi.(ART/MDN) Post Date : 05 September 2011 |