BEKASI, (PR).- Bantaran Kali Setia Asih, Desa Setia Asih, Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi, dipenuhi tumpukan sampah. Bahkan, padatan sampah di kali tersebut sudah memanjang hingga 700 meter. Akibatnya, air tak lagi bisa mengalir di kali tersebut.
"Lihat saja sudah menjadi pembuangan sampah liar dan sudah terjadi bertahun-tahun. Warga sebenarnya sudah melakukan protes kepada aparat kantor kecamatan, tetapi mereka tak bisa mengatasinya," ucap salah seorang warga, Pudin (32) saat ditemui, Minggu (31/10).
Tidak hanya menyumbat aliran sungai, ribuan meter kubik sampah di bantaran kali tersebut juga menyebabkan air di desa lain tercemar, bahkan baunya pun mengganggu warga hingga radius 10 kilometer.
"Keadaan ini sudah sejak dua belas tahun terakhir, dulunya cuma beberapa meter saja sekarang kanan kiri jembatan sudah dipenuhi sampah. Tidak ada satu pun aparat yang menindak para pembuang sampah di sini," ucapnya.
Sampah liar dan barang bekas di bantaran kali tersebut, kata Pudin, sudah menggunung dan dikerubungi ribuan lalat serta berpotensi menjadi penyebar berbagai penyakit bagi warga sekitarnya.
"Kemungkinan, sampah liar dan barang bekas di bantaran kali itu dibuang oleh orang tidak bertanggungjawab pada malam hari, karena pada pagi hari warga setempat tidak melihat orang membuang sampah rumah tangga," katanya.
Kepala Dusun Penggarutan, Suparmadi mengungkapkan, sampah mulai menumpuk sejak 1998. Sampah tersebut kata dia, berasal di warga yang berada wilayah Kota Bekasi. Kemudian, sampah tersebut mengendap hingga saat ini.
Sebenarnya, kata Suparmadi, kali tersebut pernah dilakukan pengerukkan. Terakhir dilakukan pada dua tahun yang lalu. Namun, setelah itu, sampah tetap mengalir hingga kini dan akhirnya menumpuk.
Berdasarkan pemantauan "PR", sampah yang memenuhi kali sebagian besar adalah sampah non organik, seperti stereofoam dan plastik yang tidak mudah terurai, hingga menyebabkan penumpukan semakin banyak.
Musyawarah
Sementara itu, Camat Tarumajaya Herman Sujito menjelaskan, pihaknya sudah melakukan musyawarah dengan aparat desa setempat terkait normalisasi kali Setiaasih. Akan tetapi, untuk melakukan pengerukan, pihaknya belum mampu. "Sementara ini, kami mengharapkan kemampuan warga setempat untuk melakukan normalisasi secara gotong royong," katanya.
Karena kalau di keruk, tutur Herman, biayanya mahal. Selain itu, penggunaan alat berat juga susah akses menuju kalinya karena jalanan yang sempit. "Kami dalam beberapa rapat juga sudah melaporkan hal ini ke BPLHD maupun Dinas Bina Marga dan Pengairan. Bahkan dalam pertemuan formal maupun informal. Namun, hingga kini belum ada tanggapan," ujarnya.
Kepala BPLHD Kab Bekasi, Daryanto saat dihubungi, telepon genggamnya tidak aktif. Bahkan terdengar kabar jika Daryanto tidak pernah masuk kantor dan lebih memilih berkantor di luar untuk menghindari wartawan. (A-186)
Post Date : 01 November 2010
|