|
Bekasi, Kompas - Setelah tertunda beberapa tahun, pembangunan industri pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantar Gebang, Bekasi, akhirnya dimulai, Kamis (2/4). Industri pengolahan itu akan mengubah sampah dari Jakarta menjadi kompos, biji plastik, dan listrik. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Wali Kota Bekasi Mochtar Muhammad meletakkan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan industri pengolahan sampah. Pembangunan fasilitas industri pengolahan itu akan menjadikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang sebagai yang paling modern di Indonesia. Mochtar mengatakan, industri pengolahan yang dikelola oleh PT Godang Tua Jaya dan PT Navigat Energi Organik Indonesia itu mampu mengolah 4.500 ton sampah yang dikirimkan setiap hari. Sampah yang semula dikelola dengan sistem penimbunan atau sanitary land fill kini diubah menjadi produk-produk bernilai ekonomi. Sistem pengolahan sampah yang dibangun dengan dana investasi Rp 700 miliar itu, kata Mochtar, jauh lebih ramah lingkungan daripada sistem sanitary land fill. Tidak ada pencemaran lindi atau air sampah karena industri itu memiliki sistem pengolahan limbah cair. ”Industri ini juga memanfaatkan gas metan yang dihasilkan sampah untuk menjadi bahan bakar bagi pembangkit listrik. Gas metan dari TPST tidak lagi mencemari udara dan tidak merusak lapisan ozon,” kata Mochtar. Pembangkit listrik di TPST Bantar Gebang mampu menghasilkan 26 megawatt listrik. Listrik itu akan dibeli oleh PLN dan masuk dalam jaringan distribusi Jabodetabek. Di sisi lain, industri pengolahan sampah tidak membutuhkan penambahan lahan secara berkala. Dengan demikian, Pemerintah Kota Bekasi dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak perlu repot memikirkan perluasan kawasan untuk menampung sampah baru. Perluasan lahan TPST sering menjadi masalah karena banyak protes dari masyarakat sekitar TPST. Lahan TPST seluas 108 hektar juga sering menjadi komoditas politik terkait dengan kompensasi. Menguntungkan Fauzi Bowo memuji kerja sama Pemkot Bekasi untuk mewujudkan industri pengolahan sampah modern itu. Kerja sama itu bukan hanya menguntungkan kedua pemerintah, tetapi juga warga sekitar. ”Industri pengolahan sampah ini membuka lapangan kerja bagi 1.200 warga setempat sebagai tenaga pemilah sampah,” kata Fauzi. Pola kerja sama antardaerah semacam ini akan dikembangkan di Tangerang. Pemprov DKI Jakarta dan Pemerintah Kabupaten akan membangun industri pengolahan sampah serupa di Ciangir, Tangerang. Jika TPST Bantar Gebang untuk menampung dan mengolah sampah di Jakarta bagian timur, industri pengolahan sampah di Ciangir akan mengolah sampah dari Jakarta bagian barat. Pemprov DKI Jakarta dan mitra swasta juga sudah membangun industri pengolahan sampah di Cakung-Cilincing, Jakarta Utara, yang mampu mengolah 1.500 ton sampah menjadi kompos atau bahan bakar padat. Di sisi lain, kata Fauzi, Pemprov DKI Jakarta akan mencari kompensasi dari dunia internasional karena pengolahan sampah di TPST Bantar Gebang ramah lingkungan. Kompensasi dana internasional melalui mekanisme kredit karbon akan digunakan untuk menambah industri pengolahan sampah yang ramah lingkungan. (ECA) Post Date : 03 April 2009 |