|
SETELAH Belanda muncul dengan program bendungan raksasanya, kini giliran Bank Dunia (World Bank) ikut serta dalam upaya menyelesaikan masalah banjir tahunan di Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agaknya sudah sangat kewalahan dalam menangani banjir di Ibu Kota hingga harus minta bantuan dari pihak lain. Entah ini menjadi kabar menggembirakan atau mencengangkan. Selasa (17/01) lalu, Dewan Direksi Eksekutif Bank Dunia telah mengumumkan persetujuannya untuk memberikan dana pinjaman kepada Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mendanai proyek rehabilitasi sejumlah kanal dan waduk di Jakarta. Proyek rehabilitasi berlabel Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) atau disebut juga Proyek Mitigasi Banjir Darurat Jakarta itu akan menerima dana sebesar US$139,64 juta atau setara dengan Rp1,29 triliun. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo sebelumnya menyebutkan, dana pinjaman yang akan diajukan mencapai US$150,5 juta atau setara Rp1,35 triliun. Pinjaman besar itu nanti akan menjadi tanggungan kedua pemerintah. Pemerintah Pusat akan menanggung pinjaman sebesar Rp631 miliar atau 46,6 persen dari total pinjaman yang diajukan. Sementara, Pemprov DKI menanggung pinjaman sebesar Rp724 miliar atau 53,4 persen. Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Stefan Koeberle, mengatakan, proyek pendanaan ini merupakan wujud keterlibatan pertama Bank Dunia atas Pemda DKI Jakarta dalam membantu memecahkan masalah banjir dan pembangunan kota yang kompleks. Meski aspek fisik proyek ini tidak terlalu besar, Koeberle menjamin pemerintah Indonesia dan Jakarta akan terbantu dalam menangani beberapa tantangan teknis mitigasi banjir di Jakarta. Jelasnya, proyek pendanaan itu tidak semata-mata hanya memberikan pinjaman, melainkan Bank Dunia juga akan memperkenalkan mekanisme pendanaan baru yang memungkinkan pemerintah Indonesia mendanai proyek yang diprakarsai oleh pemerintah daerah. Spesialis Air dan Sanitasi dari Bank Dunia untuk cabang Jakarta, Fook Chuan Eng, mengatakan, Bank Dunia melihat penanganan masalah banjir di Jakarta merupakan hal penting yang harus segera diselesaikan. Terutama karena kerugian yang diakibatkan oleh banjir berulang itu cukup besar. Terlihat dari besarnya kerugian yang diakibatkan bencana banjir tahun 2007 yang mencapai US$900 juta. Belum lagi jumlah korban tewas yang mencapai 70 orang. "Banjir tahun 2007 yang menggenangi lebih dari 36 persen kota Jakarta berdampak pada lebih dari 2,6 juta penduduk, dan memaksa 340 ribu untuk meninggalkan rumah mereka," kata Chuan Eng, Jumat (20/1). Pengerukan Massal Hasil studi Bank Dunia menunjukkan, langkah yang paling efektif dalam menyelesaikan masalah banjir di Jakarta adalah merehabilitasi sistem manajemen banjir di kota. Ide serupa juga terus dikoar-koarkan banyak pengamat perkotaan dan lingkungan di Jakarta. Chuang Eng mengatakan, kapasitas saluran air, waduk dan kanal di Kota Jakarta telah melampaui kapasitasnya. Maka itu, perlu upaya pengerukan untuk mengembalikannya ke kapasitas semula. "Tetapi, selain pengerukan, perlu perawatan rutin," ujarnya. Proyek JEDI rencana akan melakukan pengerukan pada 11 saluran air sepanjang 67,5 kilometer, dan pada empat waduk seluas 65 hektare. Selain itu, 10 sungai dengan panjang sekitar 42 kilometer bantaran sungai juga akan direhabilitasi. Setidaknya, Bank Dunia memperkirakan 3,4 juta kubik meter sedimen akan dikeruk dari kanal dan waduk yang ada di titik-titik rawan banjir di Jakarta. Namun sebelum pengerukan dimulai, semua sedimen di lokasi proyek akan diuji terlebih dahulu. Tujuan, mengidentifikasi apakah ada sedimen yang berbahaya. Sedimen yang tidak berbahaya akan dipindahkan dan dibuang di fasilitas tertutup di Ancol, Jakarta Utara. Sementara, limbah padat dan mengandung bahan berbahaya akan dibuang ke fasilitas pembuangan khusus yang terpisah. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Ery Basworo mengungkapkan, desain pengerukan 13 sungai tersebut sudah diselesaikan oleh konsultan dari Kementerian Pekerjaan Umum. "Tinggal tunggu aba-aba laksanakan," katanya. Sungai yang akan dikeruk ada 10 sungai dan itu tanggung jawab Pemprov DKI. Yaitu: Sungai Grogol, Sungai Sekretaris, Sungai Krukut, Sungai Cideng, Sungai Pakin, Sungai Kali Besar, Sungai Ciliwung, Sungai Gunung Sahari, Sungai Sentiong, dan Sungai Sunter. Juga empat waduk dan kanal, yaitu: Waduk Melati, Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Selatan, Waduk Sunter Timur II, dan Kanal Banjir Barat (KBB). Suci Dian Hayati Post Date : 24 Januari 2012 |