|
Jakarta, Kompas - Hujan yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya sejak Rabu (14/1) dinihari memaksa 11.697 warga di berbagai lokasi mengungsi ke pos-pos pengungsian. Banjir menggenangi kawasan-kawasan tepi sungai sampai ketinggian 2,5 meter dan banyak jalan raya tergenang sampai 20 sentimeter. Sementara itu, ketinggian air di Bendung Ciliwung Katulampa, Kota Bogor, pada Rabu pukul 23.00 mencapai 80 cm. "Ketinggian air susut lagi, karena pada pukul enam sore, ketinggian mencapai 120 cm, angka tertinggi untuk hari Rabu ini,” kata Pejaga BCK Andi Sudirman. Menurut Andi, sebelum pukul 16.00, ketigian air bertahan di 70 cm, walaupun kawasan Bogor sepanjang pagi turun hujan. Namun di hulu Ciliwung, walapun hujan, tetapi tidak terlalu deras. Saat ini juga di sana masih hujan rintik-rintik. ”Tetapi tinggi air masih 80-an, jadi statusnya tetap siaga empat,” katanya. Adapun ketinggian air di Pos Pemantau Depok, lanjut Andi, pada pukul 23.00 mencapai 245 cm posisi siaga. Ketinggian itu pun sudah turun dibanding pada pukulnya 18.00, yang sempat di titik 270 cm. Sementara itu, Kepala Seksi Relokasi Penanggulangan Bencana, Dinas Ketentraman dan Ketertiban DKI Jakarta, Hulman Sitorus, Rabu (14/1), di Jakarta Pusat mengatakan, jumlah pengungsi terbesar berada di Kelurahan Kampung Melayu sebanyak 7.179 orang dan Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur sebanyak 2.823 orang. Pos-pos pengungsian sudah didirikan di lokasi-lokasi yang dilanda banjir paling parah. Dapur umum dan mobil kesehatan keliling juga disediakan sejak pagi. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah memerintahkan seluruh aparat kelurahan dan satuan koordinasi penanggulangan bencana siap menghadapi banjir. ”Saya sudah memeriksa ke berbagai lokasi dan tidak ada petugas yang tidak siap menghadapi banjir ini,” kata Fauzi. Dinas Pekerjaan Umum dan semua walikota juga diperintahkan membersihkan sungai dari sampah sehingga banjir tidak sampai merusak jembatan. Sampah di bawah Jembatan Kalibata sedang dibersihkan agar banjir tidak merusak jembatan. Pembersihan sampah diberi waktu sampai dua hari mendatang. Sementara itu, 69 kamera dari 160 kamera close circuit television (CCTV) di Pusat Krisis DKI yang digunakan memantau banjir dan lalu lintas tidak berfungsi. Kamera-kamera itu rusak karena berbagai sebab dan belum diperbaiki sehingga mengganggu kinerja pemantauan. Presiden kritik pemprov Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat mendatangi Kantor Dinas Pekerjaan Umum Jakarta, Rabu (14/1), mengkritik Pemprov DKI Jakarta dan juga para pengembang. Presiden menilai, mereka tidak disiplin sehingga membuat daerah resapan air berkurang. Untuk pembangunan resapan air, Presiden memerintahkan, agar dilakukan dengan memaksa para pengembang berdisiplin. ”Itu semua adalah solusi strategis karena dimensinya pencegahan,” ujarnya. Presiden menawarkan solusi strategis, kepada Pemprov DKI. Saran Presiden, penanganan itu dimulai dari kawasan hulu (kawasan Bogor, Puncak, dan Cianjur), pembangunan banjir kanal timur, pembenahan dan memfungsikan semua drainase di Jakarta, dan pembuatan resapan air. ”Ini sepertinya klasik, tetapi memang ini harus dilakukan,” ujar Presiden. Soal BKT, Presiden berharap pembebasan lahan dan pembangunanya bisa selesai pada tahun anggaran 2009. Saat ini, dari panjang 13,5 kilometer, baru 68 lahan yang berhasil dibebaskan. Sisanya akan diselesaikan pada pertengahan 2009. Sementara itu, hujan yang melanda Banten empat hari terakhir ini, telah membuat perkampungan nelayan di pantai utara tergenang. Selain itu, hujan juga merendam puluhan hektar sawah, menghayutkan rumah penduduk, dan membuat jembatan utama menuju kawasan Ujung Kulon retak. Berdasarkan pantauan, air setinggi lebih kurang 20 cm masih menggenangi perkampungan nelayan di Desa Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, Rabu (14/1) pagi kemarin. Menurut warga, genangan air itu sudah menyusut dari malam sebelumnya yang mencapai ketinggian lebih dari 50 cm. Di daerah selatan Banten, hujan deras mengakibatkan aliran Sungai Cimanggu dan Sungai Cipaeh meluap. Banjir bandang yang datang secara tiba-tiba pada Selasa dini hari membuat lima rumah warga Desa Cimanggu, Kecamatan Cimanggu, Pandeglang, hanyut dan tiga lainnya rusak. Luapan air itupun membuat Jembatan Cimanggu retak, dan hampir patah di kedua ujungnya. Jika jembatan benar-benar patah, bisa dipastikan ribuan warga di Kecamatan Sumur akan terisolir. Hujan lebat kemarin juga mengakibatkan sungai Santika meluap sehingga membanjiri kawasan Perumahan Departemen Dalam Negeri di Larangan, Kota Tangerang setinggi 20-40 cm. Akibatnya Jalan Raden Saleh, Karang Tengah sempat macet sepanjang sekitar 2,5 kilometer selama hampir empat jam dari pukul 06.00-09.00. Kemacetan parah itu terjadi dari perempatan Ciledug hingga arah Puri Indah Jakarta Barat. (INU/ECA/WIN/SF/ARN/TRI/PIN/NTA/CAL) Post Date : 15 Januari 2009 |