|
Banyuwangi (Bali Post)Hujan deras yang mengguyur wilayah Banyuwangi Selatan selama tiga hari berturut-turut membuat banjir di Dusun Kampung Baru, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo. Semua rumah penduduk di daerah pinggir pantai selatan ini tergenang air setinggi satu meter. Tidak itu saja, akibat hutan gundul, longsoran tanah menimbun jalanan dan beberapa rumah warga. Akibatnya, akses menuju perkampungan tersebut terputus karena jalan terbenam lumpur. Hujan lebat mulai turun Selasa (13/12) hingga Rabu (14/12) malam. Derasnya air sampai menghayutkan tanaman milik penduduk di wilayah hutan jati yang baru ditanam. Untung saja, warga cepat mengungsi sehingga tidak sampai tergerus air. Beberapa rumah yang paling dekat dengan Gunung Capil terlihat paling parah. Longsoran tanah banyak tersangkut di dalam rumah. Daerah ini tiap tahunnya memang menjadi langganan banjir. Namun, tahun ini dirasakan paling parah dibanding sebelumnya. Penyebabnya, kemungkinan banyaknya hutan gundul di dekat lokasi perkampungan. Pantauan Bali Post di lapangan, sejauh mata memandang hutan terlihat gundul. Hanya ada tanaman jati yang masih kecil. Di bawahnya tanaman kacang-kacangan yang ditanam warga. Hingga Kamis (15/12) kemarin warga masih sibuk membersihkan lumpur yang tertimbun di jalam. Mereka secara bergotong-royong membersihkan jalan sepanjang hampir 3 kilometer. ''Setiap habis hujan pasti selalu longsor. Kejadian ini sudah tiga hari,'' ujar Gendon, salah satu warga. Selain lumpur, warga mengeluhkan minimnya air bersih. Sejak datangnya banjir, banyak sumur warga tidak bisa digunakan karena terasa lumpur. Bahkan, mereka terpaksa menggunakan air hujan untuk memasak. Bantuan air bersih baru datang dua kali sejak langkanya air bersih. Bantuan air datang menggunakan dua drum besar yang diangkut truk. Ketika truk datang warga langsung berhamburan berebut sambil membawa juriken. Karena terbatas, setiap warga hanya mendapat jatah maksimal dua juriken. ''Air bersih itu khusus digunakan untuk minum dan memasak. Sedangkan untuk mandi mereka terpaksa menggunakan air sumur yang berbau lumpur. Ada juga yang menggunakan air asin,'' kata Irul, warga lainya. Beberapa warga juga mengeluhkan penyakit gatal-gatal yang mulai menyerang anak-anak. Menurut Kepala Dusun Kampung Baru Mohamad Turhan, sejak terjadinya banjir besar warga terus melakukan siaga 24 jam. ''Ini mengantisipasi datangnya banjir susulan,'' terangnya kemarin. Dia juga mengeluhkan belum adanya bantuan untuk warga yang baru saja terkena bencana banjir. Namun, lanjutnya, Bupati Banyuwangi Ratna Ani Lestari yang sempat berkunjung ke lokasi berjanji segera membuat saluran air untuk mengantisipasi banjir. Penduduk di Dusun Kampung Baru berjumlah sekitar 245 KK. Sebagian besar mata pencahariannya adalah nelayan. Untuk mencapai tempat ini kita harus menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari kota Banyuwangi. Kabag Humas Pemkab Banyuwangi Drs. Untung Sukirman membantah jika pemkab belum memberikan penanganan terhadap korban banjir. ''Semua sarana seperti posko, tim medis dan bantuan sudah lengkap dikerahkan,'' jawabnya ketika dihubungi lewat telepon. (udi) Post Date : 16 Desember 2005 |