|
Jakarta, Kompas - Minimnya anggaran dituding sebagai penyebab Jakarta tak terhindar dari banjir. Dengan dana kecil, Pemerintah Kota Jakarta Pusat setiap tahun hanya bisa memperbaiki kurang dari 10 persen dari 2,9 juta meter saluran di wilayahnya. Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jakarta Pusat Agus Priyono, Rabu (19/11), mengatakan, tahun 2008, Jakarta Pusat memperoleh dana sebesar Rp 49 miliar. Sebanyak Rp 42 miliar di antaranya terserap untuk peningkatan, yaitu pembangunan fisik dan pemeliharaan saluran. ”Setiap tahun, realisasi program peningkatan hanya mencakup 3,5 persen dari total saluran yang ada, sementara pemeliharaan hanya mencakup 8,6 persen saja,” kata Agus Priyono, Rabu kemarin. Menurut Agus, 2,9 juta meter saluran itu hanyalah saluran mikro, belum termasuk saluran makro dan saluran di permukiman yang menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi dan dinas atau suku dinas perumahan. Saluran mikro mencakup saluran penghubung dan saluran submikro. Dengan cakupan perbaikan setiap tahun yang amat kecil, masalah penyempitan saluran karena sampah atau pengendapan bakal sulit diatasi. Padahal, data dari Suku Dinas PU Tata Air Jakarta Pusat terlihat bahwa semua saluran, termasuk sungai di Jakarta, mengalami pendangkalan dan penyempitan. Selain karena faktor alam, perbuatan manusia yang suka membuang sampah sembarangan juga menyebabkan semua saluran tidak berfungsi sempurna. Saat ini di Jakarta Pusat terdapat 6.000-7.000 ton sampah per hari. Hanya 18 persen di antaranya yang dibuang pada tempatnya, sisanya tercecer di saluran yang ada. Kondisi serupa juga diungkapkan Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Jalan Jakarta Pusat Yusmada Faizal. Menurut Yusmada, setiap tahun Jakarta Pusat hanya bisa memperbaiki 5 persen luas jalan di wilayahnya. ”Luas jalan di Jakarta Pusat mencapai 6,6 juta meter persegi. 4 juta meter persegi di antaranya adalah tanggung jawab kami. Namun, anggaran yang kami terima per tahun paling hanya mampu memperbaiki 5 persen dari total 4 juta meter persegi itu. Padahal, idealnya setiap tahun harus bisa memperbaiki 20 persen dari total luas jalan,” kata Yusmada Faizal menjelaskan. Yusmada mengatakan, ruas jalan aspal memiliki masa aus karena dipakai rata-rata selama lima tahun dari waktu pembuatan. Jika tidak rutin dirawat dan diperbaiki, kerusakan akan makin sering terjadi. Pada musim hujan, kerusakan lebih cepat terjadi karena aspal mudah tergerus jika terus-menerus diguyur atau terendam air. Perluasan waduk Meski dana minim dan banyak tersedot untuk pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT), Pemprov DKI tetap merencanakan perluasan Waduk Halim di Jakarta Timur dan Situ Babakan di Jakarta Selatan. Anggaran perluasan dan pembangunan Waduk Halim pada Rancangan APBD 2009 mencapai Rp 5 miliar dan untuk Situ Babakan Rp 4 miliar. Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Mukhayar mengatakan, selain perluasan waduk atau situ, program antisipasi banjir lainnya adalah pengerukan drainase kota dengan anggaran Rp 40 miliar, pembangunan tanggul penahan rob Muara Angke Rp 8 miliar, dan pembebasan lahan serta pembangunan fisik BKT senilai Rp 1,25 triliun. (ECA/NEL) Post Date : 20 November 2008 |