Banjir Tewaskan Seorang Bayi

Sumber:Kompas - 11 Oktober 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Medan, Kompas - Banjir di Medan pada Jumat (10/10) pagi menewaskan seorang bayi berumur tujuh bulan. Banjir juga menembus jantung Kota Medan yang menyebabkan kemacetan di sejumlah ruas jalan. Banjir terjadi karena drainase yang ada tidak mampu menampung air hujan yang turun deras sekali.

”Kondisi ini akan terus terjadi kemungkinan sampai November. Tepat di atas Medan, pada ketinggian sekitar 1.000 kaki, terdapat pergerakan awan hebat. Awan tebal yang bergerak ini menuju ke Laut Cina Selatan, pusatnya tekanan rendah,” tutur Kepala Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah Sumatera Utara Endar Gunawan, Jumat (10/10), di Medan.

Menurut Endar, banjir di Medan ini sekaligus menjadi peringatan bagi pemerintah setempat. Sejak awal, katanya, dia sudah mengingatkan semua pihak agar berhat-hati dengan turunnya hujan. ”Banjir sangat mungkin terjadi di daerah aliran sungai dan daerah yang kondisi drainasenya tidak jalan,” katanya.

Balai Besar Meteorologi dan Geofisika (BBMG) Sumut mencatat pusat tekanan rendah masih berada di Samudera Hindia. Keberadaan pusat tekanan rendah ini membawa angin timur yang cukup kuat. Kondisi ini mempengaruhi keadaan cuaca untuk wilayah pantai timur Sumatera. Selain Medan, BBMG memperkirakan daerah yang berpotensi banjir di Sumut, antara lain Langkat, Binjai, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Dairi, dan Pakpak Bharat.

Lalai

Seorang bayi bernama Agrafati (7 bulan) ditemukan tewas di kamar orangtuanya di Gang Nira, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimon. Agra jatuh saat kedua orangtuanya—Yusma Kartini (23) dan Faisal Lubis (29)—tertidur di kamar. Agra yang juga tidur di antara orangtuanya, tanpa diketahui, bangun dan terjatuh ke lantai.

Agra tidak berdaya lantaran di kamar itu tergenang banjir selutut orang dewasa. Faisal baru mengetahui anak keduanya itu sudah tidak bernyawa pada pukul 08.30. ”Saat saya tahu, dia sudah mengambang dalam kondisi tertelungkup,” kata Faisal dengan mata berkaca-kaca.

Banjir juga menggenangi Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli di Kelurahan Sei Mati dan Kelurahan Kampung Baru. Biasanya, di kawasan ini tidak akan terjadi banjir jika hanya hujan lokal. Namun, hujan deras pada Jumat pagi itu mengubah kebiasaan.

Secara terpisah, penjual buku di Lapangan Merdeka, Medan, Reza (28), sempat cemas saat air masuk ke lapaknya. Banjir masuk ke pelataran lapaknya setinggi sekitar 15 sentimeter. ”Puncak banjir terlihat pukul 08.00. Untungnya, buku-buku saya ada di dalam lapak. Jika tidak, mungkin buku-buku itu akan basah,” katanya.

Ruas jalan di Medan yang tergenang air adalah Jalan Pengadilan, Jalan Bukit Barisan, dan Jalan Stasiun Kereta Api. Akibatnya, lalu lintas terhambat. Sejumlah sepeda motor mengalami mesin mati sehingga harus dituntun. (NDY)



Post Date : 11 Oktober 2008