Banjir Terus Berulang, Pengelolaan Bencana Masih Keteteran...

Sumber:Kompas - 09 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam pikiran Solihin (48), rumahnya di Dusun Rejasari, Desa Mulyasari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, pada Minggu pekan lalu, akan begitu cepat terendam banjir. "Waktu sore, air masih selutut. Menjelang tengah malam, ketinggian air sudah sedada orang dewasa," katanya.

Setelah banjir merendam 32 desa di Kecamatan Majenang, Cimanggu, Karangpucung, Wanareja, dan Cipari, dia baru ingat kejadian serupa juga pernah terjadi pada tahun 2000. Penyebabnya adalah meluapnya air Sungai Cikawung karena tak bisa masuk ke Sungai Citanduy yang permukaan airnya sudah lebih tinggi.

"Banjir kali ini persis seperti tahun 2000," katanya.

Namun, apakah ada pemberitahuan sebelumnya bahwa ada tanda-tanda air Sungai Cikawung akan segera meluap? "Tak ada yang memberitahukan Sungai Cikawung akan meluap. Kami mengungsi karena airnya terus tinggi," katanya.

Kepala Balai Besar Sungai Citanduy Agus Raharjo mengakui pihaknya baru mengetahui permukaan air Sungai Cikawung berada pada posisi siaga I setelah desa-desa di Kecamatan Majenang mulai digenangi banjir. "Memang agak terlambat kami mengetahui hal ini, tetapi kami sudah langsung mengirimkan empat perahu karet untuk evakuasi warga," katanya.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Asifudin juga hanya bisa menjawab, pihaknya kesulitan memperoleh informasi tersebut karena kantor BBS Citanduy berada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Untuk memobilisasi warga ke tempat pengungsian pun, Pemkab Cilacap juga keteteran karena hanya memiliki empat perahu karet, itu pun satu rusak. Padahal, ada 32 desa terendam banjir.

Terkait adanya bantuan empat perahu karet dari BBS Citanduy, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Cilacap Hari Winarno mengatakan, "Saya tidak tahu itu. Yang terpenting, semua warga bisa terselamatkan, tak ada korban jiwa."

Lantas apakah penanggulangan bencana seperti ini akan terus berulang? Hal itu mengingat kontur wilayah bagian barat Cilacap berupa cekungan, akan senantiasa rawan banjir.

Asifudin mengatakan, kenyataan wilayah bagian barat senantiasa rawan banjir tak akan bisa terelakkan. Begitu juga dengan pesisir Cilacap yang senantiasa tak lepas dari ancaman tsunami juga tak akan bisa dihindari. Kawasan perbukitan Cilacap yang rawan longsor, juga tak mungkin diabaikan.

Berangkat dari kondisi alam yang rawan bencana itulah, menurutnya, baru akhir tahun lalu Pemkab Cilacap mendirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Memang agak terlambat.

Belajar dari penanggulangan bencana yang tanpa konsep, Asifudin mengatakan, untuk menanggulangi bencana dibutuhkan manajemen yang jelas dan terperinci. Hal itu meliputi penanggung jawab tim posko, bidang pendataan lokasi bencana dan korban, bidang logistik yang mengurus kebutuhan makan pengungsi, hingga bidang psikologi yang memberikan pendampingan bagi pengungsi. Rancangan itu akan diajukan ke pemkab agar disahkan sebagai prosedur tetap dalam penanggulangan bencana.

Semoga saja rancangan itu bisa terealisasi dengan benar. Jangan pula hanya sigap dan gagah pada saat simulasi, tetapi saat bencana keteteran.... (Madina Nusrat)



Post Date : 09 Februari 2009