|
Bekasi, Kompas - Pemerintah Kabupaten Bekasi akan mengupayakan bantuan berupa benih padi bagi para petani di beberapa kecamatan yang menjadi korban banjir. Banjir yang melanda 17 kecamatan di wilayah Kabupaten Bekasi sejak Sabtu lalu mengakibatkan sekitar 15.300 hektar tanaman padi rusak. Sampai Selasa (6/2), ratusan kepala keluarga dari dua kecamatan di timur Kabupaten Bekasi, yakni Pebayuran dan Kedungwaringin, masih mengungsi. Rumah mereka masih terendam luapan Kali Cibeet dan Sungai Citarum. Tanggul di Desa Sumberreja, Pebayuran, jebol sepanjang 50 meter akibat derasnya arus Sungai Citarum. Sisa luapan Kali Cibeet-Sungai Citarum juga terlihat di Desa Tanjungpura, Kabupaten Karawang. Desa Tanjungpura ini berbatasan langsung dengan Desa Kedungwaringin, Kecamatan Kedungwaringin. Sebanyak 17 kecamatan dari 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi dilaporkan terendam banjir. Selain akibat hujan deras, banjir di Kabupaten Bekasi, yang terjadi sejak Sabtu lalu, juga disebabkan meluapnya sejumlah kali dan sungai, seperti terusan Kali Bekasi, Kali Cikarang, Kali Ciherang, dan Sungai Citarum. Penjabat Bupati Bekasi Tenny Wishramwan, yang ditemui kemarin, mengungkapkan, banjir telah melanda bagian utara, timur, dan tengah Kabupaten Bekasi. Sedikitnya 15.300 hektar lahan sawah milik warga setempat dilaporkan terendam. "Saya sudah meminta Kepala Dinas Pertanian menyiapkan bantuan berupa bibit benih padi untuk para petani yang menjadi korban banjir," kata Tenny kemarin. Lebih lanjut, Tenny menambahkan, Pemkab Bekasi menyiapkan dana sekitar Rp 3,7 miliar untuk menanggulangi bencana banjir yang melanda 17 kecamatan itu. Selain untuk bantuan makanan siap saji dan bahan makanan pokok serta obat-obatan, dana itu juga digunakan untuk melengkapi peralatan evakuasi, antara lain perahu karet. Terendam Sedikitnya 43 kepala keluarga di Desa Kedungwaringin masih menjadi pengungsi. Sebagian di antara mereka mendirikan tenda darurat di jalanan atau areal tugu lambang Kabupaten Bekasi di daerah perbatasan Bekasi-Karawang. Ada pula yang mendirikan tenda di tengah jalan. Akibatnya, ruas jalan negara Karawang-Bekasi pun menyempit karena hanya satu ruas jalur yang dapat dilewati. Kendaraan dari arah Kabupaten Karawang terpaksa dialihkan ke jalur jalan arah Karawang. Imam, warga Desa Kedungwaringin, juga ikut mendirikan tenda darurat dari terpal. Kompas juga memantau sekitar 30 kepala keluarga dari Desa Bojongsari dan Desa Labansari masih menginap di Stasiun Kedunggedeh, Kedungwaringin. Mereka mendirikan tenda-tenda darurat dan menjemur pakaian di sepanjang sisi rel. Erwin, warga Desa Bojong Sari, misalnya, mengaku sudah tiga malam tidur di emperan Stasiun Kedunggedeh. Dia, istri, serta tujuh anaknya terpaksa meninggalkan rumah sejak Sabtu lalu lantaran air Sungai Citarum meluap. "Sampai sekarang kami yang di (stasiun) sini belum mendapat bantuan makanan dari pemerintah," ujar Erwin yang dibenarkan sejumlah warga lainnya sesama pengungsi. "Jangankan diberikan bantuan makanan, ditengok lurah pun juga belum," ujarnya menambahkan. Sekretaris Desa Karangsambung, Kecamatan Kedungwaringin, Asep Perdana mengungkapkan, kantor desa mereka menjadi tempat penampungan para pengungsi dari sejumlah desa tetangga sejak hari Minggu malam. Asep menjelaskan, sekitar 1.297 warga dari tiga desa di Kecamatan Pebayuran, yakni Desa Sumberhurip, Desa Bantarsari, dan Desa Sumbersari, menjadi pengungsi di Desa Karangsambung, Kedungwaringin. Sedikitnya lima desa di Kecamatan Muaragembong dilaporkan terendam banjir. Kecamatan ini terletak paling utara dari Kabupaten Bekasi dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. (cok) Post Date : 07 Februari 2007 |