Banjir Terjang Palopo dan Pinrang

Sumber:Koran Sindo - 28 Mei 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

PALOPO(SI)–Bencana banjir menerjang Kota Palopo dan Kabupaten Pinrang, kemarin. Ratusan rumah didua daerah itu terendam mengakibatkan warga terpaksa mengungsi.

Selain itu, ruas jalan provinsi yang menghubungkan Palopo-Tana Toraja tertimbun longsoran tanah. Akhir bulan Mei ini tercatat dua kali Kota Palopo dilanda banjir bandang. Sebelumnya, Jumat (22/5), air bah menerjang empat kecamatan akibat meluapnya Sungai Latuppa dan Pajalesang. Keempat kecamatan tersebut yakni Kecamatan Mungkajang, Sendana,Wara,dan Wara Timur.

Kemarin,ratusan rumah terendam di Kecamatan Wara Utara akibat meluapnya Sungai Salobulo, sekitar pukul 02.00 Wita.Hujan deras mengguyur Bumi Sawerigading kemarin juga mengakibatkan tanah longsor yang menimbun sebagian ruas jalan yang menghubung kan Palopo-Tana Toraja.

Camat Wara Utara Palopo Muhammad Ansir Ismu mengatakan, bencana banjir dan longsor yang terjadi di wilayahnya tersebut kemungkinan dampak dari hujan deras dan angin kencang yang terjadi sepekan terakhir.“Beruntung, ketika mendengar infomasi daerah hulu sangai debit air sudah mencapai level waspada, kami langsung turun ke lapangan untuk memeringatkan warga akan waspada ancaman banjir,

padahal peristiwa itu terjadi tengah malam saat warga sedang terlelap tidur,” ujar Ansir, yang ditemui dilokasi banjir,kemarin. Pantauan SI dilokasi banjir,sebagian warga sudah mengungsi terlebih dahulu sebelum air sungai meluap dan merendam rumah mereka. Banjir setinggi 1,5 meter yang menggenangi sekitar 300 unit rumah warga tersebut juga mengakibatkan sejumlah fasilitas publik seperti sekolah dan rumah ibadah ikut terendam. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam peristiwa itu.

Menurut Eghy, 33, salah seroang warga Kelurahan penggoli, Kecamatan Wara Utara, banjir yang terjadi akibat meluapnya Sungai Salobulo tersebut merupakan yang pertama kali terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. “Ini yang pertama kali terjadi, sebelumnya memang pernah terjadi banjir serupa, namun itu sudah lima tahun yang lalu,”ujarnya.

Sementara itu,anggota DPRD Palopo Andi Mappegau, yang rumahnya juga ikut terendam banjir, mengatakan sudah saatnya Pemerintah Kota Palopo memperbaiki kondisi hutan yang ada di daerah hulu sungai. Menurutnya, bencana banjir yang kerap melanda kota Palopo dua tahun terakhir ini disebabkan karena rusaknya kondisi hutan.

“Kami pernah melakukan peninjauan ke lokasi hutan di daerah hulu sungai dan ternyata kondisi hutan disana memang sudah sangat rusak dan mengancam keselamatan warga karena selalu dihantui oleh ancaman bencana setiap saat,” kata Mappegau. Selain itu, menurut Mappegau, sangat diharapkan adanya kerjasama lintas pemerintah daerah yang bertetangga dengan Kota Palopo untuk melakukan rehabilitasi hutan yang kondisi rusak.

“Palopo ini dibelah dengan dua sungai yang daerah hulunya itu berada di daerah lain. Karena kondisi daerah hulu yang rusak, sehingga imbas paling besar dirasakan oleh warga di Kota Palopo yang berada di daerah dataran rendah,”papar Mappegau. Rahman,30,penduduk setempat disekitar lokasi longsor mengatakan bahwa sebelum terjadi longsor dirinya sempat mendengar suara gemuruh.

“Kami dan warga lainnya baru mengetahui adanya longsor pada pagi hari,” katanya. Rahman bersama keluarganya mengaku merasa was-was dengan adanya longsor susulan. Pihaknya juga meminta kepada Pemkot Palopo agar tetap melakukan pantauan sehingga warga di sekitar longsor dapat diberikan informasi secepat mungkin.

Seperti diberitakan sebelumnya, Sekretaris Kota Palopo HM Jaya menyampaikan edaran prakiraan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang ditandatangai oleh Kepala BMKG Sri Woro B Harijono bahwa potensi banjir masih terus mengancam wilayah Kota Palopo dan sekitarnya hingga Juni mendatang.“ Cuaca buruk yang terjadi saat ini memang beresiko mengakibatkan terjadinya bencana, untuk itu kami meminta warga untuk tetap waspada,”ujar Jaya.

Tanggul Saddang Ambrol

Sementara di Kabupaten Pinrang, terjangan air bah menyapu tiga desa di Kecamatan Cempa akibat ambrolnya tanggul Sungai Saddang,kemarin. Pantauan SI, hingga pukul 18.15 Wita kemarin, ketinggian air telah mencapai pinggang orang dewasa di Desa Salipolo,Cilallang, dan Bobana.

Ratusan rumah terendam, masjid, dan sekolah juga digenangi air serta ratusan hektare lahan perkebunan rusak. Jebolnya tanggul Sungai Saddang sepanjang 100 meter yang melintas kecamatan yang ada di sebelah barat Kota Pinrang itu, juga mengakibatkan jalan ke Desa Bobana terputus.

Akibatnya, diperkirakan ratusan warga terisolir. Selain Kecamatan Cempa yang menjadi langganan banjir akibat meluapnya Sungai Saddang, Kecamatan Duampanua beberapa kali menjadi sasaran banjir kiriman.Kepala Desa Salipolo P Seha mengatakan, terjangan banjir yang melanda wilayahnya akibat hujan deras di daerah hulu sungai.

”Daerah kami memang rawan banjir makanya kami senantiasa mengingatkan kepada warga agar waspada. Jelasnya, warga kami mengalami kerugian besar akibat banjir ini karena puluhan hektar tanaman jagung ikut terendam. Hasil panen pasti membusuk, ”papar P Seha. Untuk mengantisipasi segala kemungkinan, sejumlah anggota Search and Rescue (SAR) Pinrang bersiaga di sekitar lokasi banjir.

Berdasarkan data yang ada,setiap tahun, Pemkab Pinrang menyiapkan dana taktis sebesar Rp3 miliar untuk memperbaiki tanggul sungai yang setiap tahunnya jebol. Anggota DPRD Pinrang Ridwan menjelaskan, solusi masalah banjir dan abrasi, telah diusahakan sejak beberapa tahun, namun hasilnya sangat jauh dari harapan.

Salah satu solusinya adalah menganggarkan penanggulangan banjir dan abrasi dengan konsekwensi anggaran ratusan miliar rupiah. ”Wilayahwilayah yang rawan banjir dan abrasi itu sangat luas, untuk menanggulanginya membutuhkan dana yang tak sedikit. Bahkan kalau hanya mengandalkan APBD, sudah pasti tidak akan mampu,” katanya. (asdhar/m syahlan)



Post Date : 28 Mei 2009