MADIUN - Hujan deras yang terjadi Rabu (19/3) sore, membuat sebagian wilayah Kota, Kabupaten Madiun, dan Ngawi terendam. Di Kabupaten Madiun, sejumlah desa di tujuh kecamatan yakni Geger, Dolopo, Balerejo, Wungu, Madiun, Dagangan, Sawahan dan Balerejo tergenang.
Di Kecamatan Geger, sedikitnya lima desa yakni Slambur, Purworejo, Pagotan, Nglandung dan Sangen di Kecamatan Geger, tergenang air. Luapan air juga menggenangi dua desa di Kecamatan Wungu, yakni Mojorayung dan Tempursari. Desa Sendangrejo, Dempelan, Sirapan, Tanjungrejo Kecamatan Madiun serta beberapa desa di Kecamatan Balerejo juga tak luput dari banjir.
Tak hanya memasuki rumah, arus air juga membuat sejumlah bagian rumah roboh. Pantauan koran ini di Desa Mojorayung, sedikitnya 17 rumah yang bagian bangunannya seperti dapur, kandang ternak dan dinding rumah roboh. Beberapa hewan ternak, perkakas rumah tangga dan gabah hasil panen juga hanyut.
Kemarin (20/3) siang, air sudah surut. Tampak beberapa warga masih sibuk membersihkan rumahnya dari lumpur yang masuk. Sebagian lagi terlihat mengais barangnya yang ikut terbawa air dan juga membersihkan beberapa perabot rumah tangganya di kali yang airnya sudah menyusut.
Dari puluhan rumah yang rusak tersebut, rumah milik Sunarto, 43, warga Dusun Blondro, RT. 35/RW. 10, bagian kandang dan dapurnya hanyut dibawa arus air kali yang sangat deras. Bahkan, kayu jati yang digunakan untuk penyangga bangunan dan genteng lenyap diseret banjir. " Hanya tinggal beberapa buah batu bata saja," ujar Sunarto kepada Radar Madiun.
Menurut Sunarto, banjir yang terjadi kemarin merupakan yang terbesar selama hidupnya. Dikatakan, luapan air kali ini sampai masuk dalam rumah. Sementara ketinggian air mencapai sekitar 50 centimeter. " Biasanya kalau banjir hanya di jalan saja dan tidak masuk ke rumah," lanjutnya dengan raut sedih.
Kondisi serupa dialami Wardoyo yang rumahnya berada di depan Sunarto. Bagian kandang ternak dan dapur juga yang hanyut dibawa banjir. Dikatakannya, banjir terjadi sekitar pukul 18.30 dan datangnya air sangat deras. "Waktu itu saya selesai salat maghrib di langgar, kok tiba-tiba terdengar suara kretek-kretek lalu saya lihat ke jalan. Lha ternyata banjir datang," ungkapnya, sambil melihat bagian rumahnya yang masih tersisa.
Setelah air surut sekitar pukul 21.00, kata dia, baru diketahui gabah yang baru saja dipanennya sebanyak tiga ton juga ikut hanyut. Selain peralatan dapur, ikut hanyut mebeler yang terbuat dari kayu jati tua. "Semoga saja, adanya musibah ini, kami mendapat bantuan untuk membangun kembali bagian rumah yang rusak setelah banjir, " harapnya, kepada pemkab.
Beberapa warga desa setempat mengatakan, banjir itu akibat luapan kali yang mengalir dari wilayah Kare. Diduga, curah hujan di daerah atas (lereng Wilis) turun deras. "Kalau di sini, hujannya tidak begitu deras tapi lama, mungkin ini kiriman dari daerah gunung," kata Lamiran, warga Mojorayung lainnya yang rumahnya ikut diterjang banjir.
Sedangkan di Desa Tempursari, Kecamatan Wungu, banjir yang datang dengan tiba-tiba itu mengenangi sedikitnya 700 rumah. Sementara di Desa Brumbun banjir mengakibatkan dua tanggul mengalami kerusakan.
Di Desa Tempursari, Wungu, beberapa rumah juga mengalami kerusakan akibat banjir. Rumah milik Karyono, 50, warga setempat, misalnya, sebagian tembok, atap dan pagarnya roboh. Demikian pula rumah milik Maikem, 36, sebagian tembok rumahnya yang juga roboh lantaran tergerus air banjir yang mengalir cukup deras. Barang-barang perabot rumah tangga miliknya juga banyak yang hilang terbawa arus banjir.
Bahkan Lasiden, 45, warga Tempursari lainnya, tidak hanya rumahnya yang rusak, tiga ekor kambing miliknya hilang karena hanyut terbawa arus banjir. "Hingga kemarin saya cari ketiga kambing saya belum ketemu," ujarnya dengan memelas.
Kapolres Madiun AKBP Andhi Hartoyo melalui Kapolsek Mulyono mengungkapkan bahwa banjir di wilayah Wungu kali ini merupakan yang terbesar. "Tidak ada korban jiwa meninggal dalam peristiwa ini. Tapi akibat kejadian ini, kerugian diduga hingga ratusan juta rupiah," ujarnya.
Wilayah lain yang dilanda banjir kali ini adalah Kecamatan Balerejo. Di antaranya Desa Garon, Babadan Lor dan Glonggong. Pantauan koran ini, hingga kemarin siang, air masih tampak menggenangi desa itu. Akibatnya, aktivitas warga terhenti.
Menurut pengakuan beberapa warga setempat, desa mereka sudah menjadi langganan banjir manakala hujan turun dengan deras. Desa lain yang terendam banjir yakni Desa Babadan Lor. Banjir yang terjadi itu akibat dari melubernya kali. Pasalnya, aliran kali dari wilayah Gunung Pandan dan Gunung Wilis bertemu di wilayah kali Caruban. Ketinggian air di Desa babadan mencapai dada orang dewasa atau sekitar satu meter.
Sekretaris Satlak Kabupaten Madiun, Suhardi mengatakan bahwa kerugian akibat bencana yang menggenangi tujuh kecamatan kali ini diperkirakan sekitar Rp. 492 juta. "Kerugian sebesar itu meliputi segala infrastruktur, seperti, bangunan rumah, pertanian dan tangul yang rusak," ujar Suhardi.
Menurutnya, bencana alam yang datang silih berganti diduga karena wilayah hutan yang sudah gundul. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk penampungan air khususnya di wilayah gunung. "Langkah yang jitu mungkin adanya pembangunan tambahan waduk lagi di daerah atas," tambah Suhardi.
Pemkab Madiun kemarin langsung memberikan bantuan bagi korban banjir di Desa Mojorayung Kecamatan Wungu berupa beras 2 kuintal dan mie instan 50 boks. Kepada para korban banjir, Wakil Bupati H. Muhtarom berharap agar mereka bersabar menerima musibah tersebut dan dapat mengambil hikmahnya. "Terkait dengan bantuan yang diserahkan , meski jumlahnya tidak banyak diharapkan dapat diterima dengan ikhlas agar bermanfaat," ujar wabup dalam kunjungannya di Desa Mojorayung.
Selain menyalurkan bantuan, pemkab dan PKK setempat juga mendirikan posko kesehatan, dapur umum, dan pembagian sembako (beras dan mie instan) serta menyediakan air bersih. Sampai saat ini upaya penyelamatan darurat dan perbaikan secara kerja bhakti masyarakat bersama TNI/POLRI terus dilakukan.
Kendati demikian, sejumlah wilayah lain yang terkena banjir, hingga kemarin petang belum tersentuh bantuan. Di antaranya Desa Garon, Kecamatan Balerjo. "Untung ada dermawan yang membagikan bantuan," kata Subari, anggota Komisi D DPRD Kabupaten Madiun.
Subari mengaku sangat menyesalkan sikap pemkab yang sering terlambat menangani korban bencana alam. Anggota dewan dari Fraksi PDIP ini juga mendesak pemkab untuk tidak berbelit-belit dengan birokrasi ketika harus menyalurkan bantuan untuk korban bencana alam. (fik/dra)
Post Date : 21 Maret 2008
|