|
ACEH - Banjir yang menerjang wilayah Kabupaten Aceh Utara akibat meluapnya beberapa sungai semakin mengkhawatirkan. Di antara 27 kecamatan, sedikitnya enam kecamatan dilanda banjir. Akibat banjir tersebut, ratusan rumah dan puluhan ribu hektare sawah tergenang. Keenam kecamatan yang terendam air itu adalah Kecamatan Syamtalira Aron, Matang Kuli, Simpang Kramat, Kuta Makmur, Syamtalira Bayu, dan Kecamatan Tanah Luas. Di Kecamatan Matang Kuli, misalnya, ketinggian air 0,5-1 meter. Tidak hanya rumah penduduk, beberapa fasilitas umum juga menjadi korban. Di Kecamatan Matang Tuli, ratusan pelajar TK, SDN, dan MTs terpaksa diliburkan. Sebab, sekolah mereka tergenang. "Banjir itu terjadi Minggu (21/10) pagi," kata Camat Matang Kuli Syarifuddin. Di Kecamatan Kuta Makmur, desa yang diterjang banjir, antara lain, Desa Pulo Iboh, Dusun Meunasah Tuha, dan Dusun Berandeh. Akibatnya, 30 KK (kepala keluarga) dari dua dusun itu terpaksa diungsikan. "Namun, setelah seharian banjir pada Minggu, hari ini (kemarin, Red) air mulai surut," ujar warga setempat. Di Kecamatan Syamtalira Bayu, sekitar 35 ribu hektare tanaman padi hingga kemarin masih terendam. Areal itu tersebar di empat wilayah, yakni Blang Asan, Syamtara Ir, Krueng Pase, dan Kemukiman Baroeh. "Para muspika sudah turun ke lapangan untuk melihat kondisi banjir," jelas Camat Syamtalira Bayu Iskandar Gade. Sementara itu, pasca terjadinya banjir besar di wilayah Kecamatan Blang Mangat, Lhokseumawe, yang menyebabkan ribuan hektare sawah dan sebagian rumah penduduk terendam, mulai berimbas pada warga. Beberapa keluarga mulai terserang penyakit kulit yang disertai gatal-gatal, demam disertai batuk-batuk, hingga keluhan pada bagian perut. Beberapa warga ini mengungkapkan, sebagian penduduk merasakan gatal-gatal pada kulit, terutama pada bagian kaki. "Juga ada warga yang mulai demam- demam, akibat kondisi cuaca yang tidak stabil tersebut," ujar Abdullah, 40, warga Desa Asan Kareung. Menurut dia, gatal-gatal yang mulai dirasakan warga, dikarenakan selalu berhubungan dengan air banjir yang bercampur lumpur. Selain itu, tempat pemukiman warga yang tidak layak lantaran rumah mereka tergenang. "Kelurga saya terpaksa tinggal dikilang padi, karena dirumah digenangi air," kata Hindun, warga setempat. Sejumlah warga juga mengeluhkan tempat memasak yang tidak ada. Jika mereka ingin memasak harus mencari tempat yang lebih tinggi. Warga juga terpaksa mengkomsumsi air sumur yang sudah bercampur. dengan air banjir. Pantauan Koran ini di Puskesmas pembantu (Pustu) Desa Rayeuk Kareng, sejumlah warga mendatangi tempat tersebut, untuk berobat. Rata-rata mereka mengeluhkan demam dan gatal-gatal. Menurut petugas kesehatan, sejak terjadi banjir, jumlah warga yang berobat lebih tinggi dibandingkan hari-hari sebelum musibah banjir tersebut. Rencananya, juga ditempat ini akan dibuka posko kesehatan, sesuai dengan instruksi pimpinan. Posko itu akan melayani kesehatan masyarakat pascabanjir. (mag-17/lis/jpnn) Post Date : 23 Oktober 2007 |