|
Jakarta, Kompas - Warga yang menjadi korban banjir di beberapa wilayah Jakarta pada Senin dini hari mempertanyakan sistem peringatan dini yang dijanjikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Warga tidak mendengar peringatan apa pun sebelum air luapan sungai masuk ke rumah. Menurut Koko, warga Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (4/11), tidak ada peringatan dari pemerintah kelurahan tentang kenaikan permukaan air sungai. Kondisi itu membuat ia dan warga yang lain tidak sempat menyelamatkan harta benda. ”Tahu-tahu air masuk dan secara perlahan mencapai ketinggian 60 sentimeter,” kata Koko. Di Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, warga juga mengaku kaget saat air bah mulai masuk ke dalam rumah mereka. Tidak terdengar peringatan kenaikan permukaan air di Pintu Air Katulampa atau di Depok sehingga mereka tidak melakukan persiapan apa pun. Sutinah (35), putri Karmilah (60) yang meninggal karena kedinginan saat banjir Senin lalu, mengatakan, air bah tiba-tiba masuk ke dalam rumahnya saat keluarganya tidur. ”Tahu-tahu air masuk pukul 05.00. Saya kaget, lalu mencoba memindahkan emak ke atas, tetapi tidak kuat,” kata Sutinah. Sutinah terpaksa meninggalkan Karmilah di tangga dengan kaki terendam air untuk mencari bantuan. Sistem peringatan dini berfungsi dengan baik pada banjir Februari 2007 dan Februari 2008. Sistem itu sangat berguna bagi warga untuk mengungsikan diri karena mereka memiliki waktu sekitar enam jam sebelum air bah melanda mereka. Sementara itu, kamera closed circuit television (CCTV) yang semula direncanakan untuk memantau banjir juga masih digunakan untuk memantau arus lalu lintas. Kamera CCTV yang digunakan untuk memantau banjir baru enam unit, di Pintu Air (PA) Manggarai, PA Penjaringan, PA Sunda Kelapa, PA Karet, Stasiun Pompa Pluit, dan Marina. Manajer Teknis CCTV, Pusat Krisis DKI Jakarta, Jimmy M Adji mengatakan, saat ini belum ada kamera yang dipindahkan karena situasi dinilai masih kondusif. Pemindahan dimungkinkan jika sudah diperlukan. Permukaan naik Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat Agus Priyono mengatakan, ketinggian permukaan air di beberapa sungai sudah mulai naik 10-30 sentimeter. Peningkatan ini karena curah hujan meningkat dan ada kiriman air dari kawasan hulu Bogor. Beberapa sungai yang permukaan airnya mengalami peningkatan, antara lain, adalah di Kali Terusan Rawa Kerbau, Kali Item, Kali Ciliwung, serta Kali Lurusan yang terdapat di daerah Gunungsahari, Jakarta Pusat. Peningkatan permukaan sungai juga terjadi di Kali Mookevart, Jakarta Barat. Air di sungai itu naik 30 sentimeter dari ketinggian normal 80 sentimeter. Air Kali Angke, di sisi Jalan Pangeran Tubagusangke, naik setinggi 20 sentimeter dari ketinggian normal 60 sentimeter. Permukaan Kali Cengkareng Drain meningkat 30 sentimeter dari ketinggian normal 40 sentimeter. Menurut Agus Priyono, 58 lokasi saluran air yang mengalami pendangkalan, saat ini dalam proses rehabilitasi, yaitu dikeruk dan dilebarkan. (ECA/NEL) Post Date : 05 November 2008 |