Banjir Tak Segera Surut, Warga Mulai Mengungsi

Sumber:Kompas - 21 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Marabahan, Kompas - Banjir yang melanda permukiman di sekitar tepi Sungai Barito, tepatnya di Kecamatan Kuripan, Kaupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, hingga kini belum juga surut. Warga mulai khawatir dan beberapa di antaranya memilih mengungsi ke kota terdekat yang tidak terkena banjir.

Warga di Kecamatan Kuripan menuturkan, banjir kali ini sudah memasuki pekan ketiga. "Air sampai sekarang masih stagnan, tanpa ada tanda-tanda surut," kata mereka. Beberapa keluarga di desa-desa yang berbatasan dengan Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, mengungsi ke Kuala Kapuas. Mereka memutuskan mengungsi karena sudah tiga pekan air tidak surut dan dikhawatirkan makin tinggi menjelang bulan purnama, yang jatuh pada 24 April.

Amang Barni, seorang warga, menuturkan, ada juga warga yang mengungsi ke Marabahan karena tak tahan lagi direndam air terus-terusan. Warga yang mengungsi terutama mereka yang tinggal di Desa Tabatan Baru, Kecamatan Kuripan. Antara Kecamatan Kuripan (Kalsel) dan Kuala Kapuas (Kalteng) hanya dibatasi Sungai Barito yang lebarnya 300-700 meter.

Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Barito Utara Rajeli membenarkan banjir hingga kini belum surut. Sedikitnya rumah dari 5.234 keluarga masih terendam. Namun, Rajeli menegaskan belum ada eksodus warga, baik ke Marabahan maupun ke Kuala Kapuas. "Memang banyak yang ke Kuala Kapuas karena warga desa di perbatasan itu banyak yang memiliki sawah di Kuala Kapuas," ujar Rajeli.

Dia mengatakan, walaupun tidak ada hujan di daerahnya, banjir kali ini lama melanda karena mendapatkan kiriman air dari Hulu Sungai (Kalsel) dan dari Kuala Kapuas (Kalteng). Khusus dari Kuala Kapuas, air kiriman berasal dari lahan gambut di Kuala Kapuas, terutama dari areal bekas Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar.

Bantuan makanan sudah mengalir ke Kuripan, baik dari pemerintah kabupaten maupun provinsi. Namun, warga Desa Jambu Baru, Setia Budhi, mengingatkan bahwa warga tidak hanya butuh bantuan makanan, tetapi juga air bersih. "Warga sekarang banyak yang terpaksa minum air banjir yang dicurigai tercemar limbah tambang emas," kata Setia Budhi, yang juga Direktur Eksekutif Center of Research and Development Studies Kalimantan. (AMR)

Post Date : 21 April 2005