|
Kekhawatiran bakal ada banjir susulan, kemarin terbukti. Bedanya, peristiwa banjir susulan yang terjadi sekitar pukul 24.00 dini hari tersebut tidak berakibat separah yang terjadi pada longsor dan banjir pertama. Namun bukan berarti tidak timbul persoalan. Warga kesulitan mendapatkan air bersih. Pasalnya, air sumur tercemar akibat banjir. Beberapa sumur bahkan tertutup longsoran tanah dan bebatuan. Sehingga warga terpaksa mengambil air dari sungai terdekat. "Nggak tahu lagi harus gimana. Airnya ndak jernih lagi. Apa bisa diminum? Lha wong warnanya kecoklatan. Sumbernya kena longsoran. Ya, nanti kalau sudah aman dibersihkan. Terpaksa cari air hujan," ujar Ruminto, warga Dusun Ngadipuro, Desa Craken. Lebih dari itu, lima hari pasca banjir bandang disertai tanah longsor yang terjadi di tujuh desa di Kecamatan Munjungan, kini warga mulai terserang penyakit. Mayoritas gatal-gatal. Jumlah terbanyak yang menderita penyakit kulit di Desa Craken. Di desa terparah terkena banjir itu, lebih dari 25 orang menderita penyakit kulit. Sementara di Desa Ngulung Wetan, Desa Ngulung Kulon, Desa Sobo, (sebelumnya terisolir empat hari), Desa Masaran, Desa Munjungan, maupun Desa Bendoroto, warga yang menderita penyakit kulit tidak begitu banyak. Warga mengaku belum ada penanganan dari Dinas Kesehatan maupun puskesmas. "Banyak warga yang mengeluh kulitnya gatal-gatal. Tapi mereka tidak menghiraukannya. Ya, namanya saja orang desa, mungkin itu dianggap biasa," ujar Trimo yang rumahnya porak poranda diterjang air bah. (mg) Post Date : 16 Desember 2005 |