SUWAWA, KOMPAS - Tingginya curah hujan dan penggundulan hutan diduga memicu banjir susulan di Kecamatan Bone Raya, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Senin (20/6). Sebanyak 40 rumah warga Desa Monano tergenang air bercampur lumpur setinggi 20 sentimeter.
”Diduga yang menjadi penyebab banjir ini adalah kegiatan penebangan liar dan perladangan berpindah. Bisa jadi ada perusahaan swasta yang memperalat warga menebang pohon-pohon itu,” kata Hamim Pou, Bupati Bone Bolango, Senin kemarin.
Banjir di Kecamatan Bone Raya menghantam 11 desa, yaitu Permata, Inogaluma, Bone Raya, Mosiaga, Ilohuwa, Muara Bone, Mo’oduliyo, Taluda’a, Monano, Tumbuh Mekar, dan Sogitiga. Hingga sepekan pascabanjir lebih dari 400 rumah warga terendam, 13 rumah rusak ringan dan berat, serta dua jembatan putus. Banjir juga merusak dua bangunan sekolah, yaitu SD Negeri V Bone dan SMP Negeri Bone.
Tingginya curah hujan selama hampir dua pekan terakhir juga turut memicu banjir bandang di Kecamatan Bone Raya itu. Hamim Pou memperkirakan kerugian mencapai Rp 75 miliar akibat banjir.
Sejak Minggu malam wilayah Kecamatan Bone Raya diguyur hujan. Sungai Bone sempat surut, tetapi kembali meninggi hampir 1 meter sehingga jembatan darurat di Desa Sogitiga dan Desa Permata hanyut terseret arus sungai.
Tidak terbendung
Di Samarinda, Kalimantan Timur, kerusakan lingkungan akibat tambang menyebabkan 72,16 persen dari total 71.800 hektar luas Kota Samarinda menjadi areal pertambangan. Hal ini akibat tidak adanya komitmen Pemkot Samarinda mengatur wilayah pertambangan.
”Kerusakan di Samarinda ini sudah akut,” kata Sekretaris Komisi III DPRD Kota Samarinda Mursyid Abdurrosyid seusai dengar pendapat tentang Rancangan Peraturan Daerah tentang Tambang di Kota Samarinda, Senin. Luas areal pertambangan di Samarinda mencapai 51.808 hektar dan tersebar di lima kecamatan.
Berdasarkan data Jaringan Advokasi Tambang Kaltim, dari 72,16 persen lahan itu, sekitar 38,7 persen ditambang.
”Daerah ini mulai terkena banjir lumpur sejak ada tambang saja. Sebelumnya paling hanya genangan air kalau hujan,” kata Mulyadi (52), warga RT 2, Tanah Merah. Banjir membuat proses belajar-mengajar di SDN 012 Talang Sari diliburkan dan aktivitas warga terganggu. (APO/ILO)
Post Date : 21 Juni 2011
|