KEDIRI- Hujan dalam beberapa hari terakhir membuat repot warga Kecamatan Gampengrejo. Mereka disibukkan dengan datangnya banjir susulan. Kali ini, bukan hanya sawah yang terendam air seperti banjir pertama. Tapi air juga menggenangi perkampungan warga.
Banjir terparah terjadi di Dusun Susuhan, Desa Gampengrejo. Khususnya yang berada di sekitar lapangan sepak bola setempat. "Wah, sudah empat hari ini (banjir)," terang Sumarni, 30, yang jalanan di depan rumahnya tergenang air.
Walaupun tergenang sejak empat hari, kondisi paling parah terjadi Minggu (2/3) malam. Sementara kemarin, air yang menggenang sebatas lutut rata-rata orang dewasa. Ketinggian air bahkan sudah mencapai batas teras rumah Sumarni. Sedikit lagi air bakal masuk ke rumah wanita tersebut.
Dapur di rumah milik Ny Roni bahkan sudah kemasukan air. Walaupun tidak terlalu tinggi tapi sudah bikin repot. "Untuk sementara masaknya ya di rumah," ujar Ny Roni sambil menunjuk kompor yang ada di dalam rumah.
Air juga mengepung lokasi TK Dharma Wanita yang berada di sisi timur lapangan. Air tak sampai masuk ke kelas karena lantai beranda tinggi. Namun, kondisi itu membuat orang tua siswa yang mengantar anaknya jadi kelabakan. Kendaraan yang mereka bawa tak bisa parkir di halaman sekolah. Mereka terpaksa menggendong anaknya untuk mencapai kelas.
"Lha mau gimana, lagi to Mas. Masak sekolahnya yang dipindah," gurau Suparti, 42, seorang wali murid. Menurut Suparti, pada Sabtu lalu ketinggian air belum seperti kemarin. Dia masih bisa memarkir motornya di halaman sekolah.
Sebenarnya, daerah tersebut hampir tak pernah tertimpa banjir. Suparti mengatakan, kabarnya air berasal dari luapan Sungai Kresek yang melintas di dekat dusun tersebut.
Sedangkan menurut Kepala Dusun Keputih Burhanudin, 30, air tidak hanya datang dari Sungai Kresek. Tapi juga akibat plengsengan yang jebol di Desa Keputih. Jebolnya plengsengan diperkirakan karena derasnya air yang mengalir sepanjang Sungai Kresek.
Selain itu, menurut Burhanudin, banjir yang melanda empat desa, yakni Gampengrejo, Kwadungan, Keputih, dan Sambirejo, itu juga karena bertemunya tiga aliran sungai. Yaitu Bagendo, Dolopo, dan Kresek. "Mungkin sudah nggak mampu menampung," terangnya saat ditemui di sela-sela memperbaiki plengsengan yang jebol kemarin.
Selain itu, Sungai Kresek diperkirakan telah mengalami pendangkalan. Sehingga tidak mampu menampung debit air setiap kali hujan deras mengguyur. Terakhir kali sungai tersebut dikeruk pada 1990. Kemarin warga gotong royong memperbaiki plengsengan dengan karung goni yang berisi cengkok (serbuk cengkih) dari PT Gudang Garam Tbk. "Untuk sementara ini dulu. Kami juga sudah ajukan anggaran (ke pemkab) untuk perbaikaan plengsengan," pungkasnya.
Sementara itu, objek wisata Dolo di Kecamatan Mojo mengalami longsor di dua titik kemarin. Yang pertama di Dusun Badut, Desa Besuki. Sedangkan yang kedua Desa Jugo.
Di Badut, longsor terjadi sekitar pukul 04.00 WIB. Akibatnya jalan dari Badut menuju kawasan wisata Dolo terputus selama enam jam. Setelah dikeruk dengan eskavator dan loader, tanah yang menutup jalan bisa dibersihkan. "Di sini selalu longsor jika hujan turun," ujar Sujak, 38, seorang pekerja yang membersihkan longsoran tanah tersebut.
Kliwon, 35, warga Dusun Badut, mengaku was-was dengan longsor yang terjadi tersebut. Karena jika terus terjadi dikhawatirkan longsoran akan menimpa rumah warga. "Kalau begini terus kami akan ngungsi saja," katanya.
Kabag Humas Pemkab Sigit Rahardjo mengatakan, pihaknya akan membersihkan longsoran tersebut. Sehingga akses jalan ke Dolo bisa tetap digunakan. (ery/tyo/fud)
Post Date : 04 Maret 2008
|