|
PATI- Hujan disertai angin kencang makin mengkhawatirkan para korban banjir di Kabupaten Pati. Pasalnya ratusan rumah di daerah genangan yang berada tepat di pinggir persawahan teracam roboh karena gelombang akibat tiupan angin kencang. Meski sejauh ini belum ada laporan adanya rumah roboh, namun cuaca buruk itu memaksa penghuni sebagian rumah tersebut mengungsi. Padahal sebelumnya mereka tetap bertahan di dalam rumah kendati banjir mencapai ketinggian 0,5 hingga 2,5 meter. Para korban banjir yang waswas rumahnya akan roboh adalah mereka yang bermukim di Desa Kosekan, Banjarsari (Kecamatan Gabus), Kasiyan (Sukolilo), Ngastorejo, Karangrowo (Jakenan), Gajahmati, Mustokoharjo (Pati). Warga Kosekan, Muh Nurikan mengatakan, gelombang akibat angin kencang terjadi sejak dua hari lalu. Ketinggian gelombang mencapai 30 centimeter. “Tidak hanya rumah yang terbuat dari gedek atau papan kayu saja yang dikhawatirkan roboh, yang permanen pun ikut terancam,” jelas dia, Sabtu (16/2). Ada sekitar 50-an rumah di dekat hamparan sawah luas yang berubah seperti lautan. Ini membuat pemiliknya memasang batang pohon pisang dan bambu di sisi rumah sebelah barat sebagai penahan gelombang agar tidak langsung menghantam bangunan. Begitu pula di Desa Banjarsari, Kecamatan Gabus terdapat 50-an rumah di pinggir Sungai Juwana yang belakangan ini sering dihantam gelombang. Bahkan di Dukuh Penggingwangi, Desa Kasiyan dari lima rumah warga yang berhimpitan dengan sawah, sudah ada bangunan dapurnya roboh. “Kalau anginnya terus kencang, bisa jadi rumahnya roboh semua,” ujar Agus Sukrisno, warga setempat. Di Kecamatan Pati ancaman itu terjadi di Desa Gajahmati, dan Mustokoharjo. Dari dua desa yang juga kebanjiran ini, terdapat sekitar 30 rumah yang sudah mulai ndoyong. Sementara itu, warga Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan, setiap hari berjaga-jaga di luar rumah secara bergiliran untuk memantau kondisi 54 rumah. Namun demikian, pihaknya tetap mengkhawatirkan kondisi angin kencang. “Kalau airnya cenderung surut asal ke depan hujannya berkurang, namun kini ada ancaman angin yang menyebabkan gelombang,” terang Sujoko. Sementara itu, banjir di beberapa kecamatan di Kudus berdasar pantauan Sabtu (16/4) mulai surut. Jalur utama Pati-Kudus yang tersendat Jumat (15/2) sudah mulai lancar. Genangan air yang sebelumnya menutup jalur tersebut, terutama di Desa Ngembalrejo, Krawang, dan Jekulo sudah tidak terlihat, namun menyisakan lubang-lubang menganga di sepanjang jalur itu. Kerusakan terlihat di jalur lingkar selatan. Nasib apes dialami Jumadi (60) warga Malang Jawa Timur. Truknya mengalami kerusakan pada bagian suspensinya saat melintasi jalan itu dan tidak bisa melanjutkan perjalan ke Jakarta. Bupati Kudus HM Tamzil saat ditemui di Pendapa Kabupaten menegaskan pihaknya prihatin atas bencana yang kembali menimpa Kudus awal tahun ini hingga menimbulkan korban. Pihaknya berupaya mengerahkan semua kemampuan untuk menanggulanginya. Sementara Kepala Seksi Perlindungan Masyarakat Kantor Kesbanglinmas Kudus Eko Dwi J menyatakan untuk mencegah banjir dari luapan beberapa sungai ada dua jalan, yalni normalisasi lewat pengerukan dasar sungai dan mempertinggi tanggul sungai. Memang, meski surut ancaman banjir susulan masih menghantui. Pasalnya banjir kiriman dari beberapa aliran sungai seperti Piji dan Dawe bisa sewaktu-waktu datang lagi jika curah hujan di kawasan Muria tinggi. Apalagi sampai saat ini beberapa tanggul sungai yang kemarin jebol belum ditambal. (H35, H50,J18,H49-77) Post Date : 17 Februari 2008 |