Banjir Surut, Muncul Kesulitan Baru

Sumber:Kompas - 06 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Sulistio (40), warga Desa Jajar, Kartoharjo, Kabupaten Magetan, pusing. Setelah terkena banjir awal pekan ini, air sumurnya masih saja keruh. Padahal, sudah dua hari ini kaporit ditaburkan di sumur untuk membersihkan air sumur, sementara persediaan air bersih yang dimiliki sudah habis.

Tanpa pikir panjang, diambillah sepeda motornya. Ia melaju ke Desa Bagi, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, yang berjarak sekitar lima kilometer. Desa itu merupakan lokasi terdekat bagi warga Jajar untuk membeli air bersih seharga Rp 3.500 per jeriken.

Masih keruhnya air sumur juga dikeluhkan oleh Pariyem, warga lainnya. Dia khawatir penggunaan air sumur untuk minum untuk masak, minum, atau mandi bisa membuat dia dan keluarganya terkena penyakit diare atau penyakit kulit.

"Setiap tahun kalau habis banjir, selalu ada warga yang terserang diare atau gatal-gatal karena kami menggunakan air sumur yang tercemar oleh banjir. Oleh karena itu, habis banjir kali ini, kami khawatir hal itu terulang," ujar Pariyem.

Apalagi berdasarkan pengecekan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Tawangrejo, tidak sedikit warga yang terserang penyakit kulit, pusing, flu, batuk, demam, bahkan ada yang diare dan harus dirawat di puskesmas.

Memang, Pemerintah Kabupaten Magetan telah memberikan bantuan kaporit untuk membersihkan sumur warga plus air bersih. Sayangnya, hal ini belum memecahkan masalah warga sepenuhnya.

Hal seperti ini terus dialami oleh Sulistio, Pariyem, dan warga Desa Jajar lainnya setiap kali banjir usai menerjang kala musim hujan. Kesulitan yang dialami warga di saat banjir yang diakibatkan meluapnya aliran Sungai Ulo, anak Sungai Bengawan Madiun, seakan tidak usai saat banjir itu sudah tidak ada lagi. Pelebaran sungai

Tidak hanya kesulitan mencari air bersih, harus membersihkan lumpur dari rumah dan dihantui berbagai penyakit yang biasa menyerang warga pasca banjir merupakan di antara kesulitan itu.

Praktis aktivitas warga terganggu. Anak-anak terganggu sekolahnya, sedangkan orang dewasa tidak bisa bekerja karena harus membereskan segala hal yang muncul saat banjir maupun pascabanjir.

Sayangnya, kesulitan-kesulitan yang muncul ini seperti dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Bertahun-tahun warga dibiarkan tenggelam dalam kesulitan itu tanpa ada langkah signifikan guna mencegah kesulitan itu muncul lagi. Tentunya, dengan cara mencegah banjir terjadi lagi menjadi solusi yang tepat.

"Dulu sekitar tahun 1980, memang ada rencana melebarkan sungai sekaligus membuat tanggul. Bahkan, pemerintah telah membebaskan lahan di pinggir sungai. Namun, sampai sekarang rencana itu tidak pernah direalisasikan," ujar Kepala Desa Jajar Eko Suprayitno. "Semoga saja dengan banjir yang terjadi sekarang, pemerintah bisa terketuk hatinya," ucap Eko. A Ponco Anggoro



Post Date : 06 Februari 2009