Banjir Sulit Diatasi

Sumber:Kompas - 08 November 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Palembang, Kompas - Memasuki musim hujan November ini, pembenahan sistem drainase di Palembang, Sumatera Selatan, belum tuntas. Akibatnya, banjir tahunan diperkirakan masih akan terjadi di kota sungai ini, saat curah hujan memuncak Desember nanti.

Sepanjang tahun Pemerintah Kota Palembang rutin memperbaiki, memperlebar, mengeruk, serta membersihkan saluran drainase dan kolam retensi. Perbaikan saluran tahun ini berlangsung di 62 kawasan hunian, dan 12 areal jalan, di antaranya Jalan Basuki Rahmat, Simpang Polda, Jalan Mayor Ruslan, dan Jalan Veteran.

Program itu ditunjang dengan proyek pembenahan infrastruktur drainase, berupa normalisasi, perbaikan dan pembersihan drainase, pengerukan kolam retensi, dan pembuatan saluran penyeberangan air. Proyek infrastruktur yang ditargetkan selesai 10 Desember itu menghabiskan dana Rp 24 miliar.

Meski perbaikan rutin terus dilakukan, seluruh program itu belum bisa mengatasi persoalan banjir di Palembang.

Kepala Subdinas Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Palembang, Yahya Ilyas, Selasa (7/11), mengatakan, masih terdapat 50 lokasi rawan banjir saat puncak musim hujan yang tersebar di 14 kecamatan.

Pemerintah telah merencanakan sistem drainase terpadu, dengan mengandalkan 19 saluran sungai besar yang bermuara di Sungai Musi. Namun rencana itu sulit diwujudkan. Dari 19 sungai, normalisasi baru dilakukan pada dua sungai yaitu Sungai Bendung dan Sungai Juaro.

"Perbaikan saluran drainase setiap tahun tidak bisa mengatasi banjir, tetapi mengurangi potensi banjir. Selama rencana pembangunan sistem drainase terpadu belum terwujud, banjir terus melanda Palembang," kata Yahya.

Sampah

Potensi rawan banjir semakin meningkat dengan penanganan sampah di sungai-sungai yang tidak optimal. Dari 94 sungai yang tersisa di Palembang, hampir seluruhnya dikotori sampah dan limbah, sehingga terus mengalami pendangkalan dan penyempitan.

Yahya mengatakan, sarana pembuangan sampah di sungai saat ini masih sangat terbatas. Hingga kini hanya tersedia enam truk untuk mengangkut sampah-sampah sungai di 14 kecamatan di Palembang.

Palembang yang dikenal sebagai kota sungai, awalnya memiliki lebih dari 100 sungai dan anak sungai yang mengalir di wilayah kota hingga tahun 1970-an. Namun beberapa sungai telah beralih fungsi karena diuruk, dan menyempit gara-gara dijadikan tempat tinggal.

Penyempitan juga terjadi di daerah rawa. Daerah genangan air ini terus diuruk akibat desakan pembangunan kota, sehingga fungsi resapan airnya berkurang. Tahun 1990 lalu, sekitar 51 persen dari total wilayah Palembang seluas 400,6 kilometer persegi merupakan daerah genangan saat hujan. Sekarang, daerah rawa itu tinggal sekitar 29 persen.

Menurut sejumlah warga, sejak puluhan tahun lalu Palembang menjadi langganan banjir besar dan banjir lokal yang hampir selalu terjadi saat hujan deras di musim hujan. Tahun 1998, terjadi banjir besar setinggi satu meter yang merendam Palembang sekitar seminggu. (lkt)



Post Date : 08 November 2006