|
BANDUNG, (PR).- Banjir yang merendam Kecamatan Majalaya Kab. Bandung ternyata hanya terjadi hingga Minggu (27/2) tengah malam. Air yang semula menggenang, surut dalam beberapa jam saja. Sejak Senin (28/2) pagi, aktifi-tas semua warga sudah berjalan seperti biasa. Padahal, sehari sebelumnya, kota kecamatan tersebut sempat terisolasi karena sejumlah "jalan masuk" terendam air bahkan hingga sedada orang dewasa. Berdasarkan pemantauan "PR", hampir tak bersisa genangan air di seantero Majalaya. Satu-satunya genangan yang cukup mengganggu lalu lintas kendaraan berada di persimpangan depan bangunan eks Majalaya Theatre. Di sana, genangan kental bercampur lumpur hanya setinggi mata kaki. Kendati demikian, karena banyak lobang dan licin, pengendara mesti berhati-hati. Beberapa saat, kemacetan sempat terjadi. Selebihnya, seluruh Majalaya masih dikuasai lumpur yang bercampur air. Akibatnya, seluruh jalan becek. Kendati demikian, tampak aktivitas masyarakat berjalan normal. Ketika dijumpai "PR", sejumlah warga setempat menerangkan, banjir yang merendam Majalaya memang selalu tak berlangsung lama. Genangan air dengan segera menyusut, mengalir ke daerah Sapan. "Banjir melanda Majalaya karena Sungai Citarum meluap. Akan tetapi, banjir selalu tak lama menggenangi kota. Soalnya, air dengan segera mengalir ke daerah Sapan," ungkap Yudi (34). Dia menerangkan, meluapnya Citarum biasanya karena tingginya curah hujan dari arah selatan, seperti Paseh dan Cikawao. "Seperti kemarin (Minggu 28/2, - red.), curah hujan di selatan sangat tinggi sehingga Sungai Citarum tak lagi sanggup menampung air. Maka tak heran jika Majalaya sendiri tergenang air dan bahkan sempat terisolasi. Namun, pada tengah malam, genangan air dengan segera turun, menyisakan lumpur. Kejadian seperti itu berlangsung setiap tahun," katanya. Bandung Selatan Selain di Majalaya, lumpur sisa banjir juga menggenangi daerah lain di Bandung Selatan. Bahkan korban banjir di Kecamatan Bojongsoang, Dayeuhkolot dan Baleendah selain harus menghadapi lingkungan yang kotor akibat tertinggalnya lumpur dan sampah juga menghadapi ancaman berbagai macam penyakit pascabanjir. Genangan air di beberapa perkampungan yang terendam selama satu pekan saat ini sudah surut setinggi dada hingga ketinggian semata kaki orang dewasa. Di berbagai kawasan genangan air sudah benar-benar surut. Namun lingkungan yang terendam air kini dipenuhi dengan berbagai jenis sampah yang masuk hingga ke dalam rumah, bahkan sisa air dan lumpur menyebarkan bau busuk yang menyengat. Warga terlihat mulai kembali ke rumah masing-masing dari sejumlah posko pengungsian sekira pukul 7.00 WIB. "Setelah menerima bagian makanan, secara berangsur-angsur warga kembali ke rumah masing-masing untuk melihat kondisi rumah dan membersihkannya," ujar Tatang (36) salah seorang relawan di Posko Bencana Banjir Kec. Dayeuhkolot. Selain diberi jatah makanan, untuk berjaga-jaga petugas membekali warga dengan dua bungkus serbuk oralit. Selain itu juga dibagikan cairan karbol. Hampir di setiap pelosok perkampungan, warga secara bergotong royong membersihkan lumpur dan sampah yang menutupi jalan masuk perkampungan. Mereka membersihkan sampah dan lumpur dengan peralatan seadanya mulai dari potongan kayu, sapu atau sekop dan pacul. Lumpur dengan ketebalan antara 5 hingga 30 Centimeter yang tertinggal di jalan maupun dalam rumah terpaksa hanya disisihkan di pinggir jalan. "Karena untuk mengangkutnya tidak ada gerobak, jadi terpaksa untuk sementara di tumpukkan di pinggir jalan," ujar Ramdani (38) salah seorang warga Kamp. Palasari, Kel. Pesawahan, Kec. Dayeuhkolot Kab. Bandung. Di perkampungan lain pemandangan serupa juga terlihat. Seperti sejumlah perkampungan di Kel. Palasari lainnya, Ds. Cangkuang Wetan, Ds. Citeureup dan Ds. Dayeuhkolot. Hal yang sama juga terlihat di sejumlah daerah di Kec. Bojongsoang dan Baleendah dan Majalaya. Sementara itu peralatan berat mulai diterjunkan untuk mengeruk sampah yang menyumbat aliran air di sejumlah anak Sungai Citarum. "Namun setelah sebagian sampah terkeruk kami kesulitan untuk mengangkutnya karena tidak ada sarana untuk mengangkut," ujar Inen, Kasi Informasi dan Kahumas Kec. Dayeuhkolot. Sampah yang diperkirakan mencapai ribuan kubik dengan ketebalan mencapai 400 centimeter untuk sementara hanya disisihkan. Upaya ini dilakukan untuk memperlancar aliran sungai.(A-87/A-125) Post Date : 01 Maret 2005 |