palembang, kompas - Banjir yang terjadi di tiga kecamatan di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, hingga Rabu (24/2) masih setinggi 2 sampai 3 meter. Tiga wilayah kecamatan yang masih terendam air adalah Muara Kelingi, Muara Lakitan, dan BTS Ulu Cecar.
Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Sumsel MS Sumarwan mengatakan, ketinggian air di tiga kecamatan itu hanya menurun sekitar 30 sentimeter. Lokasi banjir paling parah adalah Desa Beringin Jungut dan Pulau Panggung di Kecamatan Muara Kelingi, Desa Semangus Lama dan Pendingan di Kecamatan Muara Lakitan, serta Desa Mulyoharjo di Kecamatan BTS Ulu Cecar. Total jumlah daerah yang terkena dampak banjir di Kabupaten Musi Rawas sebanyak 28 desa.
Sumarwan menjelaskan, bantuan yang telah disalurkan adalah 20 ton beras, 12.000 liter minyak tanah, dan 750 kilogram ikan asin. Bantuan akan terus ditingkatkan jumlahnya.
”Para korban meminta bantuan minyak tanah untuk penerangan karena listrik padam,” ujar Sumarwan.
Perlu koordinasi
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII Soekotjo Tri Sulistyo membenarkan, penanganan Sungai Musi tak mudah. Koordinasi antarkedua provinsi sangat menentukan.
”“Misalnya persoalan air untuk PLTA Musi. Air yang masuk ke PLTA tidak lagi dialirkan ke Musi. Ini menjadi masalah buat Sumsel ketika musim kering tiba. Debit air berkurang. Di Bengkulu ini mungkin tidak disadari,” tuturnya.
Sebaliknya, ketika musim hujan, rusaknya lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi bagian hulu tidak berdampak langsung bagi warga Bengkulu, tetapi tidak demikian halnya bagi masyarakat Sumsel.
Namun, pengamatan Kompas pekan lalu di PLTA Musi tidak semua air di hulu Musi dialirkan ke Bengkulu melalui PLTA. Masih banyak air yang dialirkan ke alur Sungai Musi.
Sedimentasi
Soekotjo mengatakan, upaya normalisasi Sungai Musi sejauh ini belum pernah dilakukan, khususnya pengerukan sedimentasi. Normalisasi sebatas dilakukan di anak-anak Sungai Musi, misalnya Sungai Lematang. Tahun ini dianggarkan Rp 8 miliar untuk pengerukan Sungai Lematang.
Banjir ini, menurut Joni Rahalsyah, Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan BBWS Sumatera VIII, adalah yang terbesar dalam lima tahun terakhir. Banjir merendam delapan daerah di Sumsel.
Ketua DPRD Sumsel Wasista Bambang Utoyo mengutarakan, persoalan banjir di Sumsel harus dibicarakan bersama antara pem prov Sumsel dan Bengkulu. Penanganan banjir pun perlu melibatkan pemerintah pusat karena menyangkut dua provinsi.
Wasista sependapat, parahnya dampak banjir yang terjadi tahun ini karena kerusakan hutan di semua DAS di Sumsel. (JON/WAD/jan)
Post Date : 25 Februari 2010
|