Banjir Sengsarakan Warga

Sumber:Kompas - 22 Februari 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Sekayu, Kompas - Luapan air Sungai Musi dalam dua bulan ini telah menyengsarakan warga di tepian sungai di Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Ribuan rumah terendam. Salah satu desa terparah adalah Teluk Kijing II, Kecamatan Lais, Musi Banyuasin

Pengamatan menunjukkan, luapan banjir tampak mulai dari Kecamatan Muara Kelingi di Musi Rawas, hingga Kecamatan Sangadesa, Babattoman, serta Sekayu di Musi Banyuasin, sepanjang lebih dari 100 kilometer. Hingga Minggu (21/2), belum ada tanda-tanda air akan surut.

Dua hari terakhir, Sabtu dan Minggu, hujan tak lagi turun di Musi Banyuasin. Namun, informasi dari warga Curup, Bengkulu, letak hulu Sungai Musi, hujan lebat turun tiap malam di sana.

”Sudah dua bulan ini, desa kami terendam air. Kami menjadi tak bebas dalam beraktivitas, bahkan sering kali kesulitan menuju kebun karet,” kata Rahman, penduduk Teluk Kijing II, Minggu sore.

Di Teluk Kijing II, yang berada tepat di tepi Sungai Musi, banjir juga membuat jalan desa terputus. Akibatnya, mobil dan sepeda motor harus diparkir di area desa yang berada di tanah yang lebih tinggi. Sekitar 1.500 rumah penduduk desa itu terendam air hingga setinggi dada orang desa.

”Sebagian rumah warga di desa ini telah dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi. Jika tidak, mereka akan lebih menderita,” kata Rahman.

Kepala Desa Teluk Kijing II Margareta menyebutkan, dari 2.000 keluarga (11.000 jiwa) warga desanya, rumah 1.500 keluarga di antaranya kebanjiran. Ketinggian air ada yang mencapai setinggi orang dewasa. ”Sebagian warga terpaksa meninggalkan rumah dan tinggal di rumah saudara mereka,” kata Margareta.

Belum ada bantuan

Meskipun banjir telah merendam sejak akhir Desember 2009, warga Teluk Kijing II belum menerima bantuan dari Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan Pemprov Sumsel. Menurut Margareta, pernah ada pejabat pemkab mengunjungi Teluk Kijing II dan melihat lojkasi banjir.

”Namun, hingga sekarang belum ada bantuan dari pemkab kepada warga. Kami juga membutuhkan tenda untuk mengantisipasi jika air semakin tinggi dan semakin banyak warga yang meninggalkan rumah,” ucap Margareta. Ia telah menyiapkan lapangan di desanya untuk tempat pendirian tenda dan tempat penampungan pengungsi.

Seorang warga Teluk Kijing lainnya, Rasyid, juga menyebutkan belum adanya bantuan apa pun untuk korban banjir di desanya. Ia berharap pemkab, pemprov, atau pihak lain memerhatikan pula warga desanya.

Selain banjir, warga Teluk Kijing II juga menghadapi bahaya tanah longsor di tebing Sungai Musi, 10 tahun terakhir ini. Rasyid menuturkan, longsor telah menyebabkan 20 rumah warga ambruk ke sungai. Ia khawatir longsor meluas dan merobohkan rumah warga lain serta melebar dan meruntuhkan jalan desa.

Seorang anggota DPRD Musi Banyuasin asal Teluk Kijing II, Rudi Hartono, menambahkan, pihaknya telah melaporkan longsor tersebut kepada pemkab. Namun, hingga kini belum ada langkah yang diambil pemkab, misalnya dengan membangun turap di bagian yang longsor.

Merendam perkebunan

Banjir tak hanya menyulitkan warga puluhan desa di Musi Banyuasin dan Musi Rawas yang rumahnya terendam. Di sepanjang daerah aliran Sungai Musi, banjir juga menenggelamkan ribuan hektar kebun karet, kelapa sawit, hingga kebun duku, durian, dan kebun pisang.

M Nasution, Kepala SMA Negeri 2 Muara Kelingi, Musi Rawas, mengatakan, banjir kali ini belum separah tahun 1996. Namun, tetap menyulitkan warga karena tak bisa lagi menyadap getah karet karena terendam banjir.

”Torehan di pohon karet kadang kala di bawah batas air sehingga penyadap sulit menyadap. Penyadap pun kedinginan, sehingga tak kuat saat harus menyadap karet,” kata Nasution.(ryo/hln)



Post Date : 22 Februari 2010