|
MADIUN -- Banjir pada Kamis dinihari kemarin melanda sejumlah kawasan. Akibatnya, beberapa titik di Perumahan Rejomulyo Kartoharjo Kota Madiun, kawasan Buk Malang hingga Dukuh Sambean, Desa Sendangrejo, Kecamatan/Kabupaten Madiun, termasuk Desa Tempursari, tergenang air hujan cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan warga setempat sempat dibuat kalang kabut lantaran banjir datang mulai hari Rabu malam sekitar pukul 21.00 hingga menjelang subuh. "Jalan raya tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermotor karena tertutup genangan air," tutur Bibit, warga Sambean. Sejumlah penduduk menerangkan, air kiriman tersebut cepat surut. Pagi itu, tampak para penduduk sibuk membersihkan rumahnya setelah semalaman terendam banjir. Banjir seperti ini melanda Dukuh Sambean setiap tahun. Lanjut Bibit, air mulai berangsur-angsur masuk ke rumah sekitar pukul 21.00. Hingga akhirnya tidak bisa dibendung lagi dan mereka terpaksa memindahkan barang-barang berharga mereka ketempat yang lebih tinggi. "Pas niku kula ajeng mendet toya damel minum, lha kok banjir sampun mlebet saking wingking. Ndilalah kemawon kula niku kok ya teng wingking, menawi boten, nggih boten ngertos mas. ( Saat itu, saya mau ambil air untuk minum, lha kok air itu sudah masuk melalui pintu belakang. Untungnya saya kok ya pergi ke dapur, kalo tidak ya tidak tahu mas, Red)," katanya. Ketinggian air yang masuk ke rumah warga hingga 30 cm dan banyak sekali rumah yang malam itu terendam. Hal serupa juga dialami oleh Sampun juga warga Sambean. Air masuk rumahnya melalui pintu belakang terus hingga ruang tamu dan menggenangi seluruh ruangan di rumahnya. Kasur, kipas angin, serta barang berharga lainnya dinaikkan ke meja. Bekas dari air yang menggenang semalam masih tampak membasahi tembok yang terbuat dari kayu. Pagi itu, dia nampak sibuk membangun terasnya untuk disemen "Biar tidak becek, kasihan sama cucu saya kalau mau bermain becek" tukas Sampun. Banjir kali ini juga menggenangi wilayah Perumahan Rejomulyo, Kota Madiun. Untuk daerah yang lebih tinggi struktur tanahnya hanya tergenang air hujan setinggi 10 cm, namun untuk yang lebih rendah letaknya, air mengenangi jalanan perumahan hampir setinggi lutut orang dewasa. Untungnya, rumah-rumah penduduk banyak yang dibangun dengan ketinggian di atas rata-rata jalan raya. Jika tidak, mungkin rumah-rumah sudah kemasukan air. "Air hujan mulai menggenangi jalanan hingga menutup permukaan aspal mulai dari jam sebelas malam" ujar Siti. Sementara itu, beberapa warga Desa Jengglong bekerja bakti membuat lubang untuk membuang air yang terus menggenangi jalan alternatif yang selama ini mereka gunakan. Warga berusaha membuat lubang dekat tepi sungai untuk memudahkan pembuangan air yang menggenangi jalan tersebut. (cw-1) Post Date : 30 Desember 2005 |