Banjir Saat Hujan, Kering Saat Kemarau

Sumber:Kompas - 21 Desember 2006
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
Sudah lebih dari tiga bulan Dartam (60) menganggur. Tidak banyak yang bisa dikerjakan lulusan sekolah dasar itu selain membajak, membuat pematang sawah, memupuk, membersihkan rumput, serta memanen padi.

Buruh tani di Desa Rawagempol Wetan, Kecamatan Cilamaya We-tan, Kabupaten Karawang, itu kini lebih banyak diam di rumah. Untuk menambah penghasilan, ia sesekali berjualan keliling kampung. Dartam menjajakan barang-barang apa saja yang bisa dijual.

"Sawah masih kering, kurang air," ujarnya. Padahal, lahan yang ia garap adalah sawah irigasi teknis. Dalam setahun, sawah yang berada di daerah pesisir utara Karawang itu hanya bisa ditanami dua kali, berbeda dengan sawah irigasi teknis lainnya yang bisa digarap tiga kali setahun.

Dartam hanyalah satu dari ribuan buruh tani yang menganggur di daerah utara Karawang. Saat kemarau, sawah-sawah di daerah itu kering kekurangan air. Namun, ketika musim hujan mencapai puncaknya, sawah-sawah itu kebanjiran.

Saat kemarau beberapa bulan lalu, debit air irigasi menyusut. Di beberapa daerah di utara Karawang, air bahkan tak sampai ke petak-petak sawah. Meski terbentang saluran-saluran irigasi, tak jarang sawah yang terlihat merekah kekeringan.

"Air habis di jalan," ujar Dartam. Minimnya pasokan air serta panjangnya aliran menyebabkan air tak sampai di daerah ujung irigasi. Para petani di utara umumnya paham karena terbiasa dengan situasi itu.

Keadaan berubah total ketika hujan mulai sering turun. Jika dua hari tak reda, petani bisa memastikan sawahnya akan terendam. Situasi itu hampir terjadi setiap tahun, terutama tahun-tahun dengan curah hujan tinggi.

Tingginya laju sedimentasi di sungai-sungai pembuang menyebabkan aliran air tersumbat. "Akhir tahun lalu, hujan dua hari saja sudah merendam puluhan hektar sawah di sini. Saya sampai harus menanam ulang karena padinya rusak," ia menambahkan.

Menurut catatan Kompas, luas persawahan di kawasan pantai utara Jawa Barat yang terendam air mulai akhir 2005 hingga awal 2006 mencapai 93.362 hektar. Potensi kerugian karena puso diperkirakan mencapai Rp 245,6 miliar. Akibatnya, Jawa Barat diprediksi kehilangan produksi padi sebesar 144.528,5 ton dari target tahun 2006 sebanyak 9.070.000 ton.

Kabupaten dengan kondisi terparah karena lahan sawahnya terendam air adalah Indramayu, seluas 47.559 hektar. Daerah lain adalah Cirebon (9.459 hektar), Karawang (16.805 hektar), Subang (10.130 hektar), dan Bekasi (5.100 hektar). Sekitar 18 persen dari 500.000 hektar lahan persawahan di pantura terendam air tahun ini. (Mukhamad Kurniawan)



Post Date : 21 Desember 2006