Banjir Rugikan Industri

Sumber:Kompas - 11 April 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Bandung, Kompas - Industri tekstil di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, kembali merugi akibat banjir lumpur. Hingga Kamis (10/4), kerugian ditaksir mencapai Rp 2,5 miliar. Bulan Maret lalu, banjir di Majalaya menimbulkan kerugian tak kurang dari Rp 2 miliar.

Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jawa Barat Ade Sudrajat, Kamis (10/4) di Bandung.

Dalam waktu satu bulan, 16 pabrik tekstil di Majalaya dua kali terendam banjir lumpur. Banjir pertama terjadi pada Minggu (16/3), sedangkan yang kedua pada Minggu (6/4). ”Banyak pabrik belum selesai berbenah kembali terendam banjir lumpur,” kata Ade.

Kerugian itu, menurut Ade, dihitung dari terendamnya bahan baku dan bahan jadi tekstil serta alat-alat berat. Proses produksi juga sempat berhenti sementara.

Satya Natapura, pemilik pabrik tekstil PT Satya Sumba Cemerlang, mengatakan, memang banyak pabrik rugi karena bahan baku, produk, dan alat-alat industri terendam. Transportasi juga terganggu akibat jalan tergenang sehingga pengiriman barang terhambat.

Namun, lebih dari itu, banyak buruh terganggu nafkahnya karena produksi terhenti sementara. Hal yang sama dikatakan Yadi, pemilik PT Pradatex.

Menurut Eva, pekerja di perusahaan tekstil PT Nirwana, sudah dua hari ia tidak bekerja. Alat dan bahan baku di pabrik terendam air sehingga produksi dihentikan sementara. Dari pengalaman sebelumnya, upah yang diterima pasti lebih kecil dari biasanya. ”Satu orang mendapat upah sekitar Rp 20.000 per hari. Bila libur dua hari saja, upah buruh sudah terpotong Rp 40.000. Potongan bisa lebih besar kalau produksi tak kunjung berjalan,” ujar Eva.

Oleh karena itu, baik pengusaha maupun para pekerja berharap pemerintah segera memperbaiki kondisi lingkungan di Majalaya. Jika hutan gundul dan Sungai Citarum semakin dangkal serta sempit, banjir lumpur pasti terjadi setiap hujan datang.

Akan dikeruk

Bupati Bandung Obar Sobarna mengakui, industri tekstil di Majalaya terpengaruh dampak banjir. Namun, banjir tak akan menghentikan proses produksi dalam waktu lama. Seiring surutnya banjir lumpur, mayoritas pabrik bisa kembali beroperasi.

”Untuk mengatasi banjir, kami akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jabar dan pemerintah pusat untuk mengeruk Sungai Citarum. Targetnya, pengerukan sungai dilakukan tahun 2009. Selain itu, daerah yang lebih tinggi, seperti Kertasari, akan dihijaukan” katanya. (CHE)



Post Date : 11 April 2008