Banjir Rob Merusak 21 Rumah

Sumber:Pikiran Rakyat - 22 Oktober 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

KARAWANG, (PR).- Limpasan pasang air laut atau banjir rob merusak sedikitnya 21 rumah dan merobohkan enam rumah di pesisir pantai utara Karawang, Dusun Sukamulya, Desa Pusakajaya Utara, Kec. Cilebar, Kab. Karawang. Akibat rob selama dua hari berturut-turut itu, tiga keluarga telah diungsikan ke rumah kerabatnya karena merasa khawatir jika rendaman pasang air laut akan semakin tinggi.

Menurut sejumlah warga, rob mulai menghantam tempat tinggal mereka sejak Minggu (18/10). Namun ketinggiannya tidak lebih dari 15 sentimeter. Hingga Senin (19/10), ketinggian air tidak banyak berubah. Selain itu, warga tidak terlalu khawatir karena sejam setelah diterjang pasang, air akan kembali surut.

Namun, pada Selasa (20/10), sekitar pukul 11.00 WIB, limpasan air pasang datang kembali dengan ketinggian berkisar 1-1,5 meter. Air pun masuk ke rumah hingga merendam dengan ketinggian 50 sentimeter. Rendaman baru surut sekitar pukul 13.00 WIB. Peristiwa itu pun terulang, Rabu (21/10) pada waktu yang sama.

Akam (48) salah seorang pemilik rumah yang rusak berat tidak tahu harus pindah ke mana untuk menghindari terjangan air laut yang diprediksi akan berulang. Dia mengaku tidak memiliki kerabat dekat di daerah tersebut. "Mungkin saya akan menginap sementara di kantor desa dulu sampai rumah saya selesai diperbaiki," ujarnya.

Berbeda dengan Akam, Ajang (50) bersama keluarganya harus mengungsi untuk menghindari gerusan abrasi yang hanya berjarak dua meter dari rumahnya. Kebetulan, kata Ajang, masih ada kerabat yang tidak jauh dari mereka yang rumahnya tidak terkena limpasan. "Kami mencari lokasi yang aman dari terjangan ombak yang terus menggerus pantai," ucapnya.

Kepala Desa Pusakajaya Utara Warman Abdurachman menyebutkan, kerugian lainnya akibat limpasan pasang air laut itu, jalan sepanjang 1 kilometer nyaris putus karena terendam. Selain itu, tanaman bakau lenyap disapu ombak. "Hal seperti ini terjadi tiap tahun, tapi penanganan kerusakan tidak optimal," kata Warman.

Sejak tahun 2004, warga setempat berharap pemerintah berupaya membuat pemecah ombak untuk mengatasi terjangan gelombang ombak. Pada tahun yang sama, Yayasan OISKA dari Jepang sempat memberikan bantuan berupa penanaman bibit mangrove sepanjang 1 km di pesisir pantai Desa Pusakajaya Utara ini. Namun, akibat tidak dirawat akhirnya tanaman itu musnah disapu ombak.

Menurut Warman, langkah antisipasi dari warga adalah dengan cara memasang turap menggunakan karung berisi pasir, tapi tidak bertahan lama. Ombak besar datang, tanggul pun ikut hancur.

Di Subang

Sementara itu di Kab. Subang banjir rob kembali menerjang Desa Mayangan Kec. Legon Kulon, Selasa (19/10) dan Rabu (20/10). Banjir itu menyebabkan ratusan rumah dan tambak milik warga terendam air laut setinggi setengah meter.

Menurut, Agus (36), warga Mayangan, banjir rob tidak bisa ditentukan waktunya. Luapan air laut bisa menggenangi rumah warga kapan saja. "Biasa banjir rob datang ketika hari menjelag petang. Kemarin rob terjadi pada siang bolong sehingga disangka tsunami," kata Agus.

Hal yang sama dikatakan Aling (40), tokoh masyarakat Desa Mayangan. Dia mengaku sejak rob kerap datang, warga Mayangan dalam satu pekan terakhir ini, tidak ada yang berani melaut. Akibatnya, keluarga mereka terancam kelaparan.

Kondisi tersebut, menurut Aling, diperparah oleh tidak adanya perhatian dari pemerintah terhadap nasib warga Mayangan. "Kami sangat membutuhkan bantuan, terutama sembako," katanya. (A-153/A-106)



Post Date : 22 Oktober 2009