Banjir, Ribuan Warga Kudus Ngungsi

Sumber:Suara Merdeka - 28 Desember 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
KUDUS - Ribuan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Undaan, Kamis (27/12) sore hingga tadi malam diungsikan ke lokasi penampungan yang aman. Penyebabnya, desa mereka diterjang banjir yang berasal dari aliran sungai Serang dan Lusi. Kejadian tersebut mirip bencana serupa yang terjadi pada Februari 1993 lalu. Ketika itu, hampir semua wilayah Kota Kretek terendam air.

Berdasarkan pantauan Suara Merdeka , air sudah mulai menggenangi permukiman warga sekitar pukul 15.00. Desa yang terendam antara lain Kalirejo, Medini, Undaan Tengah, dan Undaan Kidul. Ketinggian air berkisar 30 cm hingga satu meter. Sementara, untuk genangan banjir di area persawahan terjadi hampir di semua desa di Undaan.

Awalnya, aparat kepolisian dan perangkat setempat harus berusaha keras membujuk warga agar mau dievakuasi. Namun setelah air mencapai rumah warga, mereka akhirnya mau diungsikan.

''Kejadian seperti ini sudah pernah saya alami pada 1993,'' kata Suparti, warga Kalirejo.

Dengan diangkut truk dari Polres, Djarum, dan Nojorono, mereka dibawa ke GOR Wergu Wetan. Sementara, lainnya berdiri di pinggir jalan Kudus-Purwodadi untuk menunggu kendaraan pengangkut berikutnya. Untuk sementara, jalan Kudus-Purwodadi ditutup karena banjir.

Sementara, warga lainnya memilih untuk menyelamatkan hewan ternaknya terlebih dahulu.

Puluhan sapi dan kerbau terlihat ditempatkan di tanggul kanan sungai Wulan, tepat di tepi jalan Kudus-Purwodadi.

Sampai berita ini diturunkan, sekitar pukul 19.00 sebagian besar warga RT 2 RW 3 Gang Kacangan, Kalirejo belum dievakuasi. Mereka masih menunggu datangnya perahu karet.

"Kami masih kesulitan mengangkut, terutama anak-anak, karena masuk ke arah timur air mencapai satu meter," kata salah seorang warga. Menurut keterangan warga, air mulai masuk ke kawasan itu sekitar pukul 17.00.

Camat Undaan, Joko Dwi Putranto menyatakan jumlah keseluruhan warga di wilayahnya mencapai 65.858 jiwa. Diperkirakan sekitar lima persen di antaranya berada di pengungsian. ''Paling banyak di GOR tersebut,'' ujarnya.

Data yang dihimpun dari petugas DPU Kudus dan BPSDA Jratun Seluna, pada saat kejadian debit aliran dari sungai Serang ke arah Bangunan Pengendali Banjir Wilalung Lama (BPBWL) yang menuju Sungai Juwana serta Sungai Wulan mencapai 1.100 kubik per detik. Padahal, kapasitas Sungai Wulan hanya 720 kubik per detik, sementara Sungai Juwana 120 kubik per detik.

''Karena limpasan cukup besar, akhirnya masuk ke jaringan irigasi dan permukiman warga,'' jelas staf pengairan PU Wilayah Kudus Kota, Bambang.

Dampak dari debit yang berlebih tersebut, sejumlah tanggul mengalami kerusakan. Di antaranya, tanggul kiri Juwana, masuk Desa Glagahwaru, jebol selebar lima meter. Selain itu, tanggul kiri Juwana di Kalirejo dinyatakan kritis sepanjang 400 meter.

Begitu pula tanggul kanan Sungai Wulan di Desa Medini juga mengalami hal serupa sepanjang 800 meter. Ancaman limpasan air juga terjadi pada tanggul kanan Sungai Wulan di Desa Sambung (800 meter), Undaan Kidul (300 meter), Undaan Lor (400 meter), dan Undaan Tengah (150 meter).

Ancaman banjir sebenarnya sudah diperkirakan sejak jebolnya salah satu pintu air di BPBWL pada Jumat (21/12) lalu. Ketika itu debit dari Sungai Serang ke Sungai Juwana mencapai 492 kubik per detik, 800 kubik per detik, dan terakhir 1.100 kubik per detik.

''Kapasitas Juwana dan Wulan tidak mampu menampung debit dari Sungai Serang,'' kata Koordinator Perkumpulan Petani Pengguna Air Sistem Kedungombo, Kaspono.

Rupanya, banjir tak hanya mengancam Kecamatan Undaan. Sebab, kecamatan lain yang dialiri Sungai Juwana dan Wulan juga mengalami hal serupa. Kawasan seperti Jati, Kaliwungu, Mejobo, dan Jekulo juga diprediksi akan mengalami hal serupa. Tentu saja, bila kiriman debit dari Sungai Serang masih cukup tinggi.

11 Kecamatan Terisolasi

Wakil Bupati Grobogan Icek Baskoro menyatakan, banjir bandang di Grobogan menyebabkan 11 kecamatan di kabupaten tersebut terisolasi. Dia melaporkan hal itu pada Gubernur Jateng Ali Mufiz yang meninjau lokasi banjir di Grobogan, Kamis (27/12).

Dengan terputusnya sarana transportasi oleh banjir, diperkirakan sekitar 31.117 keluarga menunggu bantuan dari pemerintah. Selain itu, areal persawahan seluas 1.040 hektare juga terendam banjir.

Menanggapi hal itu, Gubernur menandaskan bahwa musibah tidak saja terjadi di Grobogan. Masih ada daerah seperti Karanganyar, Sragen, dan Wonogiri yang juga terkena bencana alam. Untuk Grobogan, Gubernur berjanji, bantuan yang diberikan sifatnya tidak terbatas. Sudah disediakan 20 ton beras dan tiga perahu karet untuk menyuplai bantuan makanan dan obat-obatan.

Gubernur juga menyampaikan pesan dari Presiden SBY bagi korban bencana alam. ''Pesan ini saya terima melalui Mendagri Mardiyanto. Isi pesan, agar masyarakat tabah dan tidak patah semangat. Meski singkat akan tetapi bermakna membesarkan hati warga Jateng untuk bangkit dari bencana yang susul menyusul,'' ungkapnya.

Banjir Sragen

Sementara itu, banyak warga Desa Jambangan dan Sribit Kecamatan Sidoharjo, Sragen, menolak dievakuasi.

''Warga yang menolak dievakuasi itu ingin menjaga rumah yang berisi harta benda,'' tutur Dandim 0725 Sragen Letkol Inf Krido Santosa selaku Dansat Pelaksana Evakuasi Banjir di Sragen.

Hingga kemarin, korban meninggal akibat banjir bertambah satu sehingga menjadi empat orang. Korban terakhir Agus Setyawan (11) warga Bibis RT 24 Desa Hadiluwih, Sumberlawang. Tiga korban lain yang sudah dimakamkan Rabu lalu, yakni Purwaningsih (16) warga Brangkal, Sragen Kota, Kasiyem (65) warga Newung, Sukodono, serta Kristanto (20) warga Jambangan, Sidoharjo. (H8,H35,H50,H40,H37,H7,nin-62)



Post Date : 28 Desember 2007