Bojonegoro, Kompas - Saat ini elevasi atau tinggi permukaan air Bengawan Solo di Ngawi hingga Bojonegoro, Jawa Timur, sudah turun, di bawah siaga I. Namun, genangan air akibat luapan Sungai Bengawan Solo selama Minggu (16/5) hingga Selasa lalu menyebabkan 3.174 hektar lahan pertanian yang terdiri dari 1.846 hektar tanaman padi dan 1.328 pesemaian rusak.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Pudjo Buntoro, kemarin, sudetan Plangwot-Sedayulawas lancar mengalirkan air ke laut sehingga mempercepat surutnya banjir. ”Namun, elevasi air di Babat hingga Karanggeneng, Lamongan, masih siaga II. Diperkirakan Kamis (hari ini) normal,” ujarnya.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro Subekti, ribuan hektar lahan pertanian yang rusak itu tersebar di 71 desa di Kecamatan Ngraho, Padangan, Kasiman, Malo, Kalitidu, Dander, Trucuk, Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor, dan Baureno.
”Di Kecamatan Bojonegoro, sekitar 80 hektar pesemaian (padi) dengan umur 35 hari rusak akibat banjir. Di Kecamatan Balen mencapai 695 hektar. Petani juga merugi karena pupuk yang ditebarkan pada tanaman sia-sia, ikut hanyut,” lanjut Subekti.
Di Jawa Timur, wilayah yang masih dilanda banjir antara lain Kabupaten Tuban. Kemarin genangan air masih terlihat di Desa Patihan, Kecamatan Widang; Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel; Desa Sandingrowo, Mojoagung, dan Glagahsari di Kecamatan Soko; serta Desa Kebomelati, Kecamatan Plumpang. Ketinggian genangan air 10-30 sentimeter.
Bawang merah
Di Bantul, DI Yogyakarta, curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir ini merendam 109 hektar lahan bawang merah di Parangtritis. Kejadian yang baru pertama kali ini diperkirakan merugikan petani hingga Rp 2 miliar.
Empat hari lalu lahan bawang merah yang terendam sekitar 90 hektar di tujuh dusun di Parangtritis, yakni Depok, Bungkus, Semiran, Duwuran, Grogol VII, Grogol VIII, dan Grogol IX.
”Kemarin (Selasa) meluas. Kami sedang mengkaji jenis bantuan yang tepat,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Edy Suharyanto, kemarin. (ENY/ACI)
Post Date : 20 Mei 2010
|