|
PEKANBARU (Media): Ratusan pengungsi korban banjir di Kota Pekanbaru, Riau, terserang penyakit gatal-gatal dan diare, kemarin. Di posko kesehatan korban banjir di Jalan Nelayan Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, puluhan korban banjir mengeluh terjangkit penyakit gatal-gatal dan diare. ''Lebih dari 100 warga setiap harinya datang ke posko dan mengeluh terserang gatal-gatal dan diare. Jika banjir surut, mungkin warga yang datang ke posko akan terus bertambah,'' ujar Kepala Puskesmas Pembantu Kelurahan Sri Meranti Ida Muziah, kemarin. Menurutnya, penyakit kulit dan diare yang menyerang ratusan korban banjir tersebut diduga karena tidak bersihnya lingkungan sekitar terutama saat terjadi banjir. Di Kecamatan Rumbai Pesisir, sebagian warga masih bertahan di rumah-rumah panggung meski luapan Sungai Siak belum surut merendam permukiman. Sebagian warga lainnya mengungsi di tiga tenda darurat di sepanjang Jalan Yos Sudarso, Pekanbaru. ''Yang kami butuhkan saat ini adalah makanan. Sebab kami tidak bisa berbuat banyak karena rumah sudah terendam banjir,'' papar Yeni, 31, warga Jalan Tugu Pahlawan yang rumahnya terendam banjir. Banjir yang merendam tujuh kabupaten dan kota di Riau itu terjadi sejak dua pekan lalu. Sampai saat ini 7.600 keluarga terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat. Tujuh daerah yang terendam yakni Kabupaten Kampar, Siak, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Pelalawan, Kota Dumai, dan Pekanbaru. Sementara itu, ratusan keluarga di Desa Citembong, Kecamatan Bantarsari, Cilacap, Jawa Tengah (Jateng), sulit keluar desa karena jalan tertimbun tanah longsor sepanjang 50 meter dengan ketebalan 2 meter sejak dini hari kemarin. ''Warga desa memang dikerahkan untuk menyingkirkan tanah yang menimbun jalan sebab tidak ada akses jalan lainnya. Memang ada jalan lain, tetapi hanya jalan setapak melewati perbukitan di Kecamatan Karangpucung,'' papar Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Linmas) Cilacap Yayan Rusyawan, kemarin. Sedangkan jembatan Desa Ciklatak, Kecamatan Kedungreja, yang putus pada Kamis (1/11) belum diperbaiki karena arus air Sungai Cibereum sangat deras. Dilaporkan pula, lima kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Jabar), terutama di sekitar Sungai Citarum, terancam banjir. Ribuan warga di daerah itu sebagian sudah mengungsi ke sejumlah lokasi aman. Lima kecamatan tersebut yakni Dayuehkolot, Banjaran, Baleendah, Ciparay, Rancaekek, dan Solokanjeruk. Wakil Bupati Bandung Yadi Srimulyadi menagih janji pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) terkait dengan program pengendalian banjir di wilayah Kabupaten Bandung. Menurut Yadi, kewenangan pengelolaan Sungai Citarum merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. ''Bukan berarti Pemerintah Kabupaten Bandung cuci tangan terhadap permasalahan itu,'' jelasnya. (BY/BG/LD/EM/SG/N-3). Post Date : 04 November 2007 |