Trenggalek, Kompas - Sedikitnya 19 desa di Kabupaten Trenggalek dan empat desa di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Senin (24/5), terendam banjir. Ketinggian air hingga 1 meter mengakibatkan ribuan rumah tergenang dan ratusan hektar sawah tenggelam.
Sejauh ini belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa. Namun, kerugian material diperkirakan miliaran rupiah. Besarnya kerugian disebabkan ratusan usaha pembuatan genteng dan usaha peternakan ikan air tawar di Trenggalek hancur. Banjir juga mengakibatkan sejumlah infrastruktur rusak.
Banjir paling parah terjadi di Kecamatan Gandusari, yang meliputi delapan desa. Ketinggian air di jalan mencapai 30 sentimeter sampai 1 meter. Sementara ketinggian air di dalam rumah hingga 1,5 meter.
Banjir mulai terjadi pada Minggu (23/5) pukul 23.30 akibat luapan air Sungai Kawing yang dipicu tingginya hujan. Daerah pertama yang dilanda banjir adalah Kecamatan Kampak. Air bah dari Kampak mengalir ke sejumlah kecamatan lain dan mencapai puncaknya pukul 02.30.
Yoso Mihardi, yang rumahnya di Desa Gandusari juga kebanjiran, mengatakan, di desanya hujan deras mulai terjadi hari Minggu pukul 19.00. Saat ia dan keluarga terlelap, tiba-tiba ia mendapat kabar dari rekannya bahwa daerah Kampak kebanjiran.
Hari Senin siang, banjir mulai surut di sebagian wilayah. Namun, di wilayah lainnya genangan air masih tinggi. Melihat kondisi rumah warga yang terendam banjir, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek mendirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makanan warga.
Dapur umum didirikan di tiga lokasi, yakni di Desa Gandusari dan Desa Karanganyar di Kecamatan Gandusari serta di Desa Wonocolo di Kecamatan Pogalan. Pemkab juga mengirimkan bantuan makanan berupa nasi bungkus kepada korban banjir di daerah yang sulit dijangkau.
Kepala Bagian Humas Pemkab Trenggalek Yoso Mihardi mengatakan, 19 desa yang terendam banjir tersebut tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Kampak, Gandusari, Pogalan, dan Durenan.
Tulungagung
Sementara itu, banjir di Tulungagung terjadi di Kecamatan Kalidawir. Sedikitnya empat desa terkena banjir, yakni Desa Pagersari, Jabon, Tunggangsari, dan Pakishaji.
Banjir di Tulungagung terjadi menyusul datangnya air bah dari daerah tetangganya, Trenggalek. Pada Senin pagi banjir yang merusak sedikitnya 110 hektar tanaman padi itu mulai surut.
Kepala Bagian Humas Pemkab Tulunggagung Maryani mengatakan, tanggul sepanjang 15 meter di Desa Welahan, Kecamatan Besuki, ambrol. Demikian pula dengan tanggul di Desa Notorejo, Kecamatan Gondang.
Terkait rusaknya tanaman padi akibat banjir, pihaknya akan mengirimkan bantuan berupa 3 ton pupuk urea dan mendatangkan 1,2 ton benih padi Ciherang untuk disalurkan kepada petani korban banjir.
”Kami telah mengajukan permintaan cadangan benih nasional sejak 24 Maret 2010 ke Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, tetapi hingga saat ini belum ada realisasi. Seharusnya permintaan segera ditindaklanjuti agar para petani dapat memulai masa tanam kembali,” kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur Achmad Nur Falakhi di Surabaya.
Bagi para petani yang mengalami puso (gagal panen), pemerintah menyediakan bantuan benih 25 kilogram per hektar untuk tanaman padi, 15 kilogram per hektar untuk tanaman jagung, dan 40 kilogram per hektar untuk tanaman kedelai. Pemerintah tidak membatasi pengajuan permintaan benih dari petani. Berapa pun luas lahan yang puso, pemerintah tetap akan memberikan bantuan benih.
”Kalau melihat hujan yang masih terus-menerus melanda Jawa Timur hingga akhir-akhir ini, potensi terjadinya puso masih akan besar. Dua bulan ini seharusnya sudah masuk musim kemarau, tetapi di beberapa daerah justru masih banyak terjadi hujan dan banjir,” ujarnya. (NIK/ABK)
Post Date : 25 Mei 2010
|