|
Rokan Hilir, Kompas - Bencana banjir yang melanda beberapa wilayah di Provinsi Riau sejak sebulan belakangan kini berdampak serius karena telah mengganggu aktivitas belajar-mengajar di daerah ini. Di Desa Rantau Kopar, Kabupaten Rokan Hilir, misalnya, banjir telah merendam dua gedung sekolah dasar sejak pertengahan November lalu dan mengakibatkan ratusan murid SD di sana terpaksa diliburkan. "Seharusnya murid-murid sudah mulai masuk satu pekan setelah Lebaran. Tetapi karena ruang kelasnya terendam hingga satu meter, mereka terpaksa diliburkan," ungkap Tarmizi, warga Desa Rantau Kopar, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Rabu (15/12). Meski sekarang air telah surut, hanya tinggal 50 sentimeter, cuma murid kelas tiga sampai kelas enam yang masuk. Murid kelas satu dan kelas dua tetap libur karena dianggap masih berbahaya bagi mereka. Kedua gedung SD yang masih terendam adalah SD 007 dan SD 010 Rantau Kopar. Selain masih menyisakan genangan air cukup dalam di beberapa kelas, peralatan sekolah, seperti meja dan tempat duduk murid, atap serta dinding sekolah yang terbuat dari susunan papan kayu terlihat mulai rusak. Dari enam kelas yang ada, kini hanya tinggal tiga kelas yang masih layak digunakan. Mulai Senin lalu murid kelas tiga dan kelas empat terpaksa belajar dalam satu ruangan. Kedua SD masing-masing terdiri dari enam kelas dengan rata-rata jumlah murid 40-an per kelas. Jumlah murid yang terganggu aktivitas belajar pada dua SD itu sekitar 480 anak. Sementara itu, di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) Rantau Kopar kondisinya tidak jauh berbeda. Gedung SMA LKMD bahkan seluruhnya masih terendam air hingga setinggi pinggang orang dewasa. Menurut Mardiana (24), guru SMP Negeri 5 Rantau Kopar, murid-murid SMA LKMD yang hanya terdiri dari sekitar 150 orang untuk kelas satu, dua, dan tiga kini terpaksa bergantian menggunakan gedung SMP 5. Di Pelalawan dan Siak Kondisi yang memprihatinkan akibat banjir juga terjadi di sekolah-sekolah di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak. Di beberapa SD dan SMP di Desa Rantau Baru Bawah, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Pelalawan, aktivitas belajar sudah diliburkan selama dua pekan ini. Sebanyak 11 sekolah di Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Siak, juga terendam air. Ke-11 sekolah itu terpaksa diliburkan sejak pekan lalu sampai waktu yang belum ditentukan. Kegiatan sekolah darurat terpaksa dilakukan untuk seluruh murid kelas enam. Mereka dipindahkan ke gedung madrasah diniyah alawiyah yang berjarak empat kilometer dari Siak Hulu. Ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan menghadapi ujian akhir. Hingga berita ini diturunkan belum ada langkah-langkah strategis yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam menanggulangi hambatan proses belajar-mengajar akibat banjir ini. Gubernur Riau Rusli Zainal yang mengunjungi korban banjir di Desa Rantau Kopar, Selasa (14/12), menegaskan, pemberian bantuan kepada korban banjir masih terfokus pada distribusi bahan makanan pokok dan obat-obatan. Tanaman padi puso Dari Banjarmasin dilaporkan, banjir di Kalimantan Selatan mulai membawa dampak berupa kerusakan areal pertanian, termasuk pertanian rawa yang tak mengenal banjir kini juga direndam air. Di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalsel, sekurangnya 83 hektar tanaman padi berumur sepekan mengalami puso dan 165 hektar terancam puso. Kepala Dinas Pertanian Kalsel Sriyono di Banjarmasin, Rabu, menjelaskan, walau banyak lahan rawa di Kalsel, namun karena saluran pembuangan akhirnya terhambat, lahan rawa tersebut terendam air. "Sudah tak ada lagi saluran pembuangan air. Akibatnya, banjir merendam lahan rawa sekalipun," tuturnya. Saat ini sebagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, Tabalong, dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dilanda banjir akibat rusaknya daerah tangkapan air di hutan. (nel/amr) Post Date : 16 Desember 2004 |