|
BOGOR -- Musibah banjir rupanya tidak hanya terjadi di daerah Ibu Kota saja. Buktinya, di daerah hulu semisal Bogor, musibah ini juga terjadi, tepatnya di RT 01, 02, 04, 05, dan 06, Rw 01, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Ciliuar pada Kamis (13/10) malam itu mengakibatkan 196 bangunan warga terendam. Luapan air Luapan air menggenangi rumah warga sekitar pukul 18.00 WIB selepas adzan Maghrib. Warga yang rata-rata tengah berbuka puasa tidak siap dengan datangnya air yang tiba-tiba sehingga tidak dapat menyelamatkan barang-barangnya. Kerugian ratusan bangunan yang terendam banjir diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Subandi, warga RT 01/01, Kampung Kramat, mengatakan, air datang cepat dengan ketinggian mencapai setengah meter. `'Banjirnya dari jam 6 sore sampai jam 10 baru surut,'' ujar Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Tanah Baru ini, Jumat (14/10). Akibat banjir, sumur di halaman rumahnya terendam yang menyebabkan air sumur menjadi keruh kecoklatan. Padahal, sumur tersebut adalah satu-satunya sumber air bagi Subandi sekeluarga. Jumlah KK di RT 01, lanjut Subandi, berjumlah 34 keluarga. `'Itu pun banyak yang belum terhitung, seperti yang tinggal di kontrakan. Jadi, korban banjir di seluruh RW 01 jauh lebih banyak dari jumlah keluarga yang tercatat,'' papar dia. Di RT 02, yang letaknya lebih rendah daripada rumah Subandi, ketinggian air mencapai lebih dari 1,5 meter. Ketua RT 02/01, Dasuki, mengaku, sangat lelah karena harus membersihkan seisi rumah yang tergenang banjir. Gang sempit di depan rumah Dasuki, sampai saat Republika datang ke lokasi, masih ada genangan air dan dipenuhi tanah basah. Dede Sa'adah, warga RT 02/01 No 13, sampai kemarin siang masih membersihkan teras depan dan samping rumahnya dari banjir. Bagian rumahnya itu masih penuh tanah becek. Di depan rumahnya terlihat kasur-kasur basah yang sedang dijemur. Rismayana, istri Ketua RW 01, bahkan sempat pingsan ketika banjir terjadi. Ia yang sedang asyik membersihkan rumahnya menjelang Maghrib sangat terkejut melihat air yang datang dalam jumlah besar. Subandi menambahkan, banjir memang sering terjadi di daerah tersebut. `'Cuma biasanya tidak sebesar ini,'' imbuh dia. Sekitar satu bulan yang lalu, jelas dia, Pemkot Bogor telah membangun sebuah tembok besar untuk mengatasi banjir di kelurahan tersebut. Tembok tersebut memiliki ketinggian dua meter sepanjang 147 meter. Namun, Subandi berpendapat, setelah pembangunan tembok tersebut banjir justru bertambah besar. Ia menambahkan, di kelurahan tersebut terdapat Sungai Ciluar dan Sungai Cibuluh. Saat hujan besar terjadi, lanjut dia, aliran dua sungai tersebut bertemu dan menimbulkan banjir besar. Dasuki mengatakan, banjir yang terjadi di wilayah tempat tinggalnya, bersumber dari pintu air Katulampa. Pasca banjir, rumah-rumah di beberapa RT sulit dicapai karena jalan yang masih dipenuhi becek. Ketika hendak menuju RT 02, Republika harus berputar karena jalan yang biasa dilewati sangat licin akibat tanah yang basah. Anggota Komisi C DPRD Kota Bogor, Dadang Ruchiyana, mengatakan, masalah banjir di Kelurahan Tanah Baru terjadi karena adanya saluran irigasi yang longsor. ''Akibatnya, air yang mengalir mengarah ke satu titik yaitu Tanah Baru,'' imbuhnya. Untuk mengatasi masalah banjir tersebut, lanjut dia, dibutuhkan dana yang sangat besar sehingga sulit ditangani hanya dengan APBD Kota Bogor. Untuk itu, ujar dia, penanganan banjir tersebut menjadi kewenangan provinsi. DPRD juga telah membicarakan kerja sama untuk mengatasi banjir di tiga titik di kelurahan itu. Satu titik ditangani kerja sama dengan perusahaan mebel Olympic. ''Sedangkan dua titik lainnya itu dikerjakan Dinas tata kota dan pengairan serta dinas bina marga,'' papar Dadang.( n c40 ) Post Date : 15 Oktober 2005 |