BANDUNG, (PR).- Bencana banjir kembali terjadi di beberapa wilayah di Jawa Barat. Ribuan rumah dan ratusan hektare sawah terendam. Hujan yang mengguyur dua hari belakangan ini menjadi penyebab naiknya permukaan air di permukiman dan persawahan warga. Kerugian materiil akibat bencana ini belum bisa dihitung. Namun, diperkirakan puluhan hektare sawah akan mengalami gagal panen.
Banjir yang terjadi di Kec. Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung yang mencapai ketinggian 1-2 meter menggenangi 4.713 rumah di empat desa, yaitu 12 RW di Desa Dayeuhkolot, 5 RW di Desa Cangkuang Wetan, 7 RW di Desa Citeureup, dan 5 RW di Kel. Pasawahan. Camat Dayeuhkolot, Numan, yang ditemui di Kantor Kecamatan Dayeuhkolot, mengatakan, jumlah pengungsi di Kec. Dayeuhkolot sebanyak 1.539 keluarga atau 3.029 jiwa.
Banjir tertinggi terdapat di dua kelurahan di Kec. Baleendah, yaitu Kel. Andir dan Kel. Baleendah. Di Kp. Cieunteung, Kel./Kec. Baleendah, banjir dengan ketinggian dua meter berada di Jln. Mekarsari yang merupakan akses utama Kp. Cieunteung. Sementara di permukiman warga yang berada di RW 9, 20. 21, dan 28 ketinggian air 2-3 meter.
Banjir di Kec. Baleendah juga memutus Jalan Anggadiredja, yang berada di mulut gang Kp. Cieunteung. Air juga menggenangi pom bensin Cieunteung dengan ketinggian sekitar satu meter. Akibatnya, warga hanya bisa memanfaatkan becak, delman, dan perahu sebagai alat transportasi.
Di Karawang, warga yang tinggal di dua perumahan yang bersisian dengan Sungai Citarum yakni Perumahan Karawang Barat Indah I di Desa Wadas dan Perumahan Bentang Alam Kecamatan Karawang Timur, Kab. Karawang terendam luapan Sungai Citarum. Lebih dari tiga ratus rumah terendam di dua desa tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Sosial, lebih dari 864 KK tinggal di tiga kecamatan di antaranya Karawang Barat, Telukjambe Timur, dan Ciampel.
Di Kampung Gempol RT 10 dan RT 11 RW 03 Rawa Kel. Tanjungpura, Kec. Karawang Barat, Kab. Karawang, sebanyak enam puluh KK telah mengungsi ke jalan-jalan di sekitaranya. Mereka membangun tenda dan memindahkan perabotannya ke dalam tenda. Lurah Tanjungpura, Endeng menyebutkan, jika air terus meninggi, warga akan dipindahkan ke kantor kelurahan.
Sementara itu, banjir di Kabupaten Sukabumi, selain membuat 864 keluarga harus mengungsi karena rumahnya terendam juga menimbulkan korban jiwa. Topik bin Hendra (14) warga Kampung Pajagalan, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi diduga tewas karena hanyut terseret air Sungai Cipanas. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Parungkuda itu bernasib malang terseret sungai ketika tengah bermain bersama tiga temannya.
Tinggi muka air
Sedikitnya lima ratus rumah di lima kampung di Desa Cikaobandung, Kecamatan Jatiluhur terendam banjir sejak satu pekan belakangan ini hingga mencapai puncaknya Rabu (17/3) malam akibat hujan deras yang terjadi di Kecamatan Jatiluhur dan sekitarnya.
Banjir yang menerjang Desa Cikaobandung itu karena Sungai Cikao tidak mampu menampung luapan Sungai Citarum di daerah Curug, Karawang sehingga air dari Sungai Cikao di Desa Cikaobandung meluap ke rumah-rumah warga. Selain merendam rumah warga, ketinggian air yang mencapai 1,5 meter tersebut juga menyebabkan lima puluh hektare sawah di Desa Cikaobandung mengalami gagal panen.
Salah satu penyebab meluapnya Sungai Citarum adalah dibukanya seluruh pintu air di Waduk Jatiluhur. Pembukaan ini disebabkan meningkatnya ketinggian air di Waduk Jatiluhur terutama di area jendela pembuangan (Glory Morning) waduk yang sudah limpas melebihi batas normal 107 m. Ketinggian muka air di Waduk Jatiluhur ini akan mengurangi tingkat keaman waduk bahkan tidak tertutup kemungkinan Waduk Jatiluhur ini akan jebol.
”Makin membesarnya pemasukan air dari Waduk Cirata menyebabkan tinggi muka air (TMA) Waduk Jatiluhur melebihi kapasitasnya. Kiriman air dari Waduk Cirata ke Waduk Jatiluhur besar mencapai 500 meter kubik per detik. Padahal, TMA normal Waduk Jatiluhur ini 107 meter, sedangkan sekarang ini ketinggian air waduk terutama di Glory Morning mencapai 107,88 m,” kata Direktur Perum Jasa Tirta (PJT) II, Jatiluhur Purwakarta Djendam Gurusinga kepada ”PR”.
Djendam menambahkan, sebagai bentuk antisipasi lain dari tingginya muka air di Waduk Jatiluhur, PJT II sekarang ini sudah mengaktifkan keenam turbin pembangkit listrik dan hallow jet agar limpasan air dari waduk tidak semakin tinggi. Selain itu, PJT II pun sudah berkoordinasi dengan pengelola pintu air Bendung Curug dan Bendung Walahar untuk membukakan semua pintu airnya. ”Sekarang ini pintu air di Curug yang berjumlah tujuh pintu air dan dibendung Walahar sudah dibukakan semuanya agar TMA air dari waduk semakin turun,” kata Djendam.
Agar di bagian hilir wilayah Karawang tidak terjadi banjir besar, pihaknya terus memfungsikan Bendung Walahar dan tanggul Kedung Gedeh secara maksimal. ”Sejauh ini hasilnya bisa terkendali,” kata Djendam.
Pendangkalan
Sementara itu dari Cirebon, pendangkalan hulu Sungai Cisanggarung dan Sungai Ciberes diduga menjadi penyebab banjir di Desa Gunungsari dan Mekarsari, Kec. Waled, Kab. Cirebon. Sedikitnya empat ratus rumah warga di terendam banjir bandang akibat meluapnya Sungai Ciberes --anak Sungai Cisanggarung-- yang melintas di daerah tersebut, Kamis (18/3) dini hari. Meskipun tidak ada korban jiwa, musibah tersebut sempat melumpuhkan aktivitas warga. ”Banjir terjadi setelah turun hujan deras sejak Rabu siang hingga malam,” kata Adi (33) warga Desa Mekarsari.
Menurut keterangan warga, meskipun pendangkalan tersebut telah beberapa kali dilaporkan, hingga saat ini belum ada penanganan serius dari instansi terkait dalam mengatasi pendangkalan itu.
Kepala Seksi Data & Informasi Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung (BBWSCC), Sulistio mengungkapkan, banjir bandang yang melanda dua desa tersebut akibat derasnya hujan sehingga Sungai Cisanggarung tidak mampu menampung palung sungai.
Menyinggung pendangkalan Sungai Cisanggarung dan anak sungainya, dia mengatakan, pemerintah tidak sanggup melakukan pengerukan karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar. Sebagai solusinya, pemerintah menggunakan sistem skala prioritas terhadap sungai mana saja yang sangat mendesak untuk dikeruk.
Beberapa pilihan
Sementara itu, untuk mengatasi bencana banjir yang secara berkala terjadi di Cieunteung, Camat Baleendah Usman Sayogi J.B. kepada "PR", Kamis (18/3) sore mengatakan, pihaknya telah menerima beberapa opsi dari Pemkab Bandung untuk dimusyawarahkan kepada warga. Opsi tersebut dihasilkan dari pertemuan di Pemkab Bandung pada Senin (15/3), dan harus sudah mencapai kesepakatan setelah sepuluh hari atau pada Kamis (25/3).
Opsi pertama, ujar Usman, yaitu dengan merelokasi warga dan mendirikan kampung singgah di lokasi lain yang dinilai lebih aman. Opsi kedua yang ditawarkan Pemkab Bandung yaitu memberikan uang kontrakan sebesar Rp 250.000 per bulan. Opsi ketiga adalah pengerukan dan peninggian. ”Nanti kami akan melakukan musyawarah untuk menentukan pengambilan opsi yang terbaik," ucapnya. (A-162 /A-86/A-146/A-153/ A-175)
Post Date : 19 Maret 2010
|