|
Pekanbaru, Kompas - Memasuki musim hujan tahun ini, bencana banjir dan longsor terjadi di berbagai daerah. Banjir menyebabkan seorang tewas, terjadi di Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Sedangkan bencana longsor yang menyebabkan dua orang tewas, terjadi di Tarakan, Kalimantan Timur. Banjir yang melanda Kabupaten Rokan Hilir, Riau, selama dua minggu lebih terakhir, merenggut nyawa Darwin (7), warga Desa Sedinginan, Kecamatan Tanah Putih. Air setinggi 1,25 meter terus menggenangi sekitar 3.600 rumah di Desa Sungai Rangao, Kecamatan Tanah Putih, dan Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir. "Saat ini, telah kami dirikan posko untuk penanggulangan pascabencana di Ujung Tanjung. Tim gabungan dari pemda dan polisi, serta tim medis dan dapur umum, telah siaga penuh. Prioritasnya agar tidak ada lagi korban jiwa dan ancaman terjangkitnya masyarakat oleh berbagai penyakit, seperti diare, bisa dihindarkan," kata Bupati Rokan Hilir Thamrin Hasyim, Selasa (23/11). Banjir yang mulai terjadi sehari sebelum Lebaran ini juga mengganggu arus lalu lintas di Lintas Timur Sumatera. Ketinggian genangan air mencapai 35 sentimeter di ruas jalur ini menyulitkan kendaraan-kendaraan kecil melaju. Senin malam, karena hujan turun terus- menerus, genangan air meningkat, menyebabkan jalur Lintas Timur putus enam jam lebih. Di pemukiman penduduk, air menggenang, dan sulit mengalir. Genangan air susah surut, karena aliran menuju laut lepas tidak sederas luapan air Sungai Rokan dan limpahan dari daerah Rokan Hulu. Warga rata-rata masih bertahan di rumah masing-masing dengan mengungsi ke bagian atap rumah, sekaligus menjaga barang-barang berharga mereka. Bupati didampingi antara lain Kepala Kepolisian Resor Rokan Hulu Ajun Komisaris Besar Wawan Irawan, sejak Selasa hingga Kamis besok meninjau semua lokasi banjir. Longsor di Tarakan Dari Samarinda dilaporkan, dua orang tewas dalam bencana tanah longsor di Bukit Lingkas, Kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan, Kalimantan Timur, kemarin sekitar pukul 04.30 Wita. Hujan deras yang turun sejak malam sebelumnya membuat bukit setinggi sekitar 50 meter longsor, dan menimbun dua rumah warga yang berdiam di sekitar bukit tersebut. Dua warga yang tewas di Gunung Lingkas tersebut masing- masing Siantono (41) dan anaknya, Lutfi Wulandini (5). Saat kejadian, keduanya sedang tidur lelap di rumahnya. Anak Siantono yang lain, Yoga Priyandono (15) selamat, demikian juga Sri Mulyani, istri Siantono, selamat karena waktu itu berada di luar rumah setelah mencuci dan menjemur pakaian. Namun, Sri Mulyani mengalami luka-luka yang cukup parah. Adapun lima orang penghuni rumah keluarga Astinah yang juga hancur terkena longsoran tanah, selamat. Astinah dan keluarga menyelamatkan diri saat mendengar suara gemuruh ketika tanah retak-retak dan akan longsor. Mereka melarikan diri lewat jendela rumah. (nel/ray) Post Date : 24 November 2004 |