Banjir Pengambengan, Siklus Sepuluh Tahunan yang Menyiksa

Sumber:Jawa Pos - 01 Juni 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

HARI sudah siang. Banjir yang menggenangi rumah penduduk Pengambengan belum juga surut. Tapi masyarakat korban banjir terlihat santai. Ada yang duduk-duduk di balai bengong sambil minum kopi. Ada yang sibuk mengamankan barang elektronik miliknya yang masih terperangkap dalam rumah. Ada yang mondar-mandir masuk dan keluar rumah hanya untuk menastikan kalau tidak akan ada lagi banjir susulan yang mengancam nyawa mereka.

Suasana yang sama terjadi di Madrasah Ibtidaiah (MI) Darussalam. Sekelompok anak sekolah sedang asyik bermain di dalam banjir yang menggenangi hampir semua bangunan sekolah itu hingga setinggi lutut orang dewasa. Sebuah telabah yang membujur di tengah halaman sekolah itu jelas sudah tidak berfungsi lagi karena banjir sudah menutupi semuanya. Sementara beberapa guru tampak menunggu di depan ruangan guru untuk membersihkan ruangan.

Baik anak-anak sekolah maupun para guru samasekali tidak berharap banjir melanda sekolah mereka. Karena mereka saat ini sedang mengikuti ujian sekolah. Hal itu diakui Kepala Sekolah MI Darusalam, Fathurrahman saat ditemui koran ini. "Saya terpaksa meliburkan anak sekolah hari ini karena banjir. Saya tidak mau mengambil risiko karena takut banjir susulan akan menghantam sekolah kami dan keselamatan anak-anak terancam," katanya, Senin (31/5) kemarin.

Soal liburan ini, sudah ia sampaikan ke Kantor Departemen Agama Jembrana. Karena sekolah ini berada di bawah struktur Departemen Agama Jembrana. Hal ini terpaksa dilakukan meski saat sebanyak 127 murid sekolah itu sedang mengikuti ujian semester dua. "Hari ini tidak ada ujian karena banjir. Padahal, ujian ini hanya dilakukan hanya seminggu. Minggu (30/5) kemarin kami sudah melaksanakan ujian mata pelajaran agama. Hari ini rencananya kami akan menggelar ujian mata pelajaran lain. Namun karena banjir, mereka tepaksa diliburkan," tegas Fathurrahman lagi.

"Akibat banjir tersebut, tiga komputer sekolah mengalami gangguan karena ikut terendam banjir. Bahkan, trafo yang lupa dimatikan mengalami kerusakan karena diguyur air. Komputer yang rusak terdiri dari dua komputer data dan satu komputer J-Net. Komputer terakhir ini selalu online dengan server yang ada di Pemkab Jembrana," katanya.

Banjir ini sangat disesalkan Fathurrahman karena sebelumnya ia sudah mengajukan proposal bantuan ke Pemkab Jembrana. Dalam proposal itu ia meminta bantuan untuk membangun pagar keliling sekolah. Ia berharap, dengan pembangunan pagar keliling, banjir tidak akan menggenangi sekolahnya lagi. Namun lantaran jawaban Pemkab Jembrana yang mengatakan belum ada dana, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. D OPENG-ANOM S



Post Date : 01 Juni 2010