|
PALU – Dua hari pascabanjir bandang yang menerjang Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, 1.424 jiwa yang memilih bertahan di pengungsian, membutuhkan bantuan bahan makanan dan pakaian. Saat ini,pengungsi menempati tenda yang disiapkan pemerintah di dua desa terparah diterjang banjir bandang yaitu Boyangtongo dan Lemusa, sudah kehabisan persediaan makanan. Kepala Desa Lemusa,Kecamatan Parigi Selatan, Ishak mengatakan, akibat bencana alam tersebut, seluruh persediaan kebutuhan sehari-hari seperti beras hanyut serta tertimbun meterial tanah dan batang- batang kayu.Karena itu, Ishak berharap,pemerintah segera menyalurkan bantuan bahan pokok dan pakaian. “Saat ini yang paling mereka butuhkan adalah bahan makanan dan pakaian. Seluruh harta benda milik warga hanyut diterjang air,” katanya, kemarin. Kepala BPBD Sulteng Bartholomeus Tandigala mengungkapkan, sejumlah kebutuhan di pengungsian telah diantisipasi antara lain air bersih, obatobatan, dan pakaian. Bantuan tersebut,lanjutnya berasal dari pemerintah pusat, daerah,dan swasta,termasuk PMI. “Saat ini dalam proses evakuasi dan pembentukan posko darurat bencana banjir yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah,TNI,Polri dan masyarakat,” kata dia. Menurutnya, pemerintah daerah telah menetapkan masa tanggap darurat sejak 26 Agustus hingga 9 September mendatang. Dia mengatakan, akibat banjir kiriman tersebut sebanyak 83 unit rumah yang rusak berat, dan 72 unit rusak ringan. Selain itu, 34 unit rumah hanyut tersapu banjir. ”Data terakhir yang ada pada kami rumah yang terendam air mencapai 242 unit yang dihuni 968 jiwa,” ujar Bartholomeus Tandigala kepada SINDO, kemarin. Banjir yang menimpa sedikitnya 7 desa tersebut juga mengakibatkan 616 ha perkebunan dan 1.125 ha persawahan terendam. Jalan antar desa sepanjang 4 kilometer juga mengalami kerusakan. “Jaringan irigasi rusak berat sekitar 3.000 meter,yakni jaringan irigasi Olonjongi dan Irigasi Dolago,”katanya. Bukan hanya itu, sebanyak 15 unit kendaraan roda dua dilaporkan hilang, serta 39 ekor hewan ternak hanyut.Kemarin, petugas melakukan pembersihan pemukiman penduduk dan penanganan pengungsi. Sementara, pemerintah setempat masih berupaya membangun jembatan darurat di Desa Boyantongo Kecamatan Parigi Selatan. Runtuhnya jembatan baja akibat diterjang banjir, membuat jalur trans sulawesi putus total. Jembatan ini menghubungkan Makassar- Gorontalo, Manado, dan Palu. Sementara itu, lebih 100 buah mobil, sebagian besar adalah bus-bus angkutan penumpang antarkota dalam provinsi Sulteng dan antarkota antarprovinsi Sulawesi masih menumpuk di kedua sisi jalan putus di jembatan Boyantongo karena tidak ada jalan lain untuk melanjutkan perjalanan. Kepala Dinas PU Sulteng Syaifullah Djafar mengatakan, pihaknya akan memprioritaskan pembukaan akses di jembatan itu agar lalu lintas di jalan trans Sulawesi bisa segera normal kembali. Khusus untuk menyeberangkan orang dan sepeda motor, masyarakat di Boyantongo mulai Senin pagi telah mengoperasikan sebuah katinting (perahu bermotor tempel) di muara sungai Boyantongo. Biaya penyeberangan dipungut Rp25.000/orang dan sepeda motor Rp50.000/unit. Sementara di Kota Palu, sejumlah warga korban banjir di Keluarahan Besusu Tengah,Kecamatan Palu Timur masih bertahan di tempat pengungsian. Sebanyak 33 keluarga, terdiri atas 80 jiwa diungsikan ke masjid di Jalan Tinombala. Dua rumah hilang tersapu air, sementara lainnya masih takut kembali ke rumahnya karena khawatir terjadi banjir susulan. Pantauan kemarin, warga yang mengungsi mengeluh sakit diare dan demam terutama anak-anak.Pemerintah setempat telah mengirimkan bantuan berupa logistik dan obat-obatan. Sampai siang kemarin, tim SAR masih melakukan pencarian korban dengan menyusuri Sungai Pondo sampai ke muara sungai. Namun, sampai siang siang kemarin, tim SAR yang dipimpin Komandan Tim Sar Wibowo ini belum menemukan korban.Diduga korban terseret sampai ke laut.“Kami akan melakukan sampai tujuh hari setelah bencana,”ujar Wibowo. syamsu rizal/ant Post Date : 28 Agustus 2012 |