|
BANJARMASIN (Media): Banjir yang merendam Jalan Trans-Kalimantan sejak seminggu lalu makin parah. Ketinggian air, kemarin, mencapai 70 sentimeter (cm) sehingga mengganggu distribusi kebutuhan pokok dari Kalimantan Selatan ke Kalimantan Tengah. Banjir yang setiap tahun melanda jalur tersebut berada di ruas Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng). Sehari sebelumnya ketinggian banjir akibat meluapnya Sungai Kahayan itu sekitar 50 cm hingga 60 cm. Akibat makin tingginya banjir, sebagian perusahaan jasa pengiriman (ekspedisi) dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), beberapa hari terakhir menghentikan distribusi barang ke Kalteng. Humaidi, Direktur CV Mega Citra Banjarmasin (perusahaan ekspedisi jurusan Kalteng), mengatakan pihaknya terpaksa untuk sementara menghentikan pengiriman barang yang cepat rusak karena khawatir terlambat tiba di tujuan. Barang-barang kebutuhan pokok yang cepat rusak itu antara lain bawang dan cabai. Sedangkan barang lainnya yang tidak cepat rusak tetap bisa dikirim ke Kalteng, tetapi volumenya dikurangi untuk menghindari kecelakaan saat melintas di jalur yang terendam banjir. Perusahaan ekspedisi lainnya, kata Humaidi, juga menunggu perkembangan kondisi banjir di Tumbang Nusa. Jika banjir makin parah, ujarnya, ia dan pengusaha lainnya akan melakukan pengiriman kebutuhan pokok dengan cara lain, di antaranya dilakukan secara estafet. Barang yang diangkut dengan truk dipindahkan ke perahu saat melintas di lokasi banjir. Setelah melewati banjir, barang tersebut dinaikkan lagi ke truk lain untuk diangkut ke Palangkaraya, Kalteng. Alternatif lainnya, kata Humaidi, pengiriman dilakukan menggunakan angkutan sungai. Kedua cara ini menyebabkan ongkos bertambah hingga dua kali lipat dan seluruhnya dibebankan kepada konsumen. Dari pantauan Media, di Desa Tumbang Nusa, puluhan kendaraan roda empat harus antre dan berjalan hati-hati ketika melintasi banjir di ruas jalan sepanjang 600 meter itu. Sedangkan kendaraan roda dua terpaksa diangkut menggunakan perahu karena tidak mungkin bisa melintasi banjir. Rahmadi, 45, seorang pengemudi truk pengangkut kebutuhan pokok mengatakan, akibat banjir, waktu tempuh dari Banjarmasin ke Palangkaraya menjadi 12 jam. Padahal, dalam keadaan normal perjalanan Banjarmasin-Palangkaraya bisa ditempuh tujuh jam. Terganggunya pengiriman kebutuhan pokok juga dirasakan Rahmawati, 35, pedagang di Pasar Kahayan, Kalteng. Menurut dia, akibat banjir pasokan barang rata-rata terlambat satu hari. Sementara itu, hujan deras disertai angin kencang melanda Kota Yogyakarta pada Sabtu (26/11) malam dan kemarin. Akibatnya, sejumlah pohon dan bangunan roboh. Pada Sabtu malam, beberapa pohon dan papan reklame di sejumlah ruas jalan roboh. Pohon beringin berukuran besar di sekitar Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta juga roboh setelah diterjang badai. Kemarin siang badai kembali melanda kota ini, setelah pada pagi hari cuaca sempat cerah. Meski tidak sekencang sehari sebelumnya, hujan dan angin mengakibatkan tembok pembatas Shapire Squere yang terletak di Jalan Solo ambruk dan menimpa rumah milik penduduk, Atiek, 34. Akibat kejadian itu, Atiek mengalami kerugian sekitar Rp20 juta. (DY/SS/AZ/N-1). Post Date : 28 November 2005 |