|
Jakarta, Kompas - Genangan air laut di daratan atau banjir pantai yang terjadi hingga akhir pekan lalu akan berlangsung sampai April 2008. Banjir pantai tersebut bukan lagi fenomena pasang laut akibat gravitasi bulan, melainkan akibat dari terjadinya fenomena La Nina. Ini ditimbulkan oleh adanya La Nina yang menaikkan permukaan air laut, dan gejala ini akan bertahan sampai April 2008 nanti, kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Mezak Arnold Ratag, Minggu (13/1) di Jakarta. La Nina mengakibatkan kemiringan permukaan air di Samudra Pasifik bagian barat, termasuk wilayah perairan Indonesia yang menjadi lebih tinggi 60-90 sentimeter (cm) dari tinggi normal. Hal ini mempertinggi risiko terjadi banjir pantai (coastal-flooding). Genangan air laut di darat kerap diidentikkan rob atau genangan air akibat laut pasang maksimum pada puncak gravitasi bulan. Padahal, banjir pantai sekarang tak selalu pada masa-masa puncak gravitasi bulan. Ini menunjukkan ada fenomena lain, kata Mezak. Pada akhir pekan lalu masih terjadi genangan air laut di Muara Baru, Jakarta Utara. Menurut Mezak, kalau dikatakan genangan itu akibat laut pasang, semestinya hari Sabtu lalu sudah tidak terjadi lagi karena sudah melampaui puncak gravitasi bulan pada 8 Januari 2008. Hal sama terjadi pada genangan-genangan di sepanjang pantai utara Jawa, beberapa di antaranya terjadi pada saat bukan puncak gravitasi bulan, ujarnya. Tangani subsidence Secara terpisah, Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Maritim Tanjung Priok BMG Sugarin menyatakan, genangan air di Muara Baru sangat menarik untuk dikaji. Menurut dia, penyebab genangan itu melibatkan aspek lain di luar meteorologi. Beberapa hari hingga akhir pekan lalu, genangan air laut di daratan Teluk Jakarta cenderung berpusat di Muara Baru. Di tempat lain dalam waktu bersamaan, seperti di wilayah Ancol dan Tanjung Priok, tidak terjadi kenaikan permukaan air laut yang signifikan, kata Sugarin. Menurut dia, aspek lain itu antara lain gangguan sistem tanggul, drainase, atau amblesnya lapisan tanah atau subsidens (subsidence) akibat pengambilan air tanah melalui sumur-sumur dalam. Masalah-masalah di luar aspek meteorologis inilah yang menurut dia perlu segera dicari pemecahannya. Puting-beliung Sementara itu, Mezak juga menjelaskan soal pergerakan angin Madden-Julian Oscillation (MJO) ke wilayah Indonesia bagian tengah yang bertemu dengan kondisi tekanan udara rendah di wilayah Indonesia bagian timur. Pergerakan angin MJO yang menimbulkan dampak kering pada musim hujan sekarang disebut MJO negatif akan menuju ke timur. Pada akhir Januari diperkirakan MJO positif (tekanan udara rendah, berdampak basah atau hujan) akan memasuki wilayah barat Sumatera. (NAW) Post Date : 14 Januari 2008 |