Banjir Ngawi Tewaskan 18 Orang

Sumber:Suara Pembaruan - 31 Desember 2007
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
[NGAWI] Bencana banjir bandang yang melanda 68 desa di 11 kecamatan di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur selama sepekan terakhir, menewaskan sedikitnya 18 orang. Hingga Senin (31/12), puluhan ribu warga masih bertahan di pengungsian.

Dari pantauan SP, di Kecamatan Mantingan, Pengkol, dan Sriwedari, lumpur terlihat masih mengendap di sepanjang jalan dan pekarangan warga. Puluhan hektare sawah pun rusak akibat diterjang banjir.

Pada akhir pekan lalu, banjir sebenarnya sempat surut. Namun, hujan yang terus mengguyur Ngawi sepanjang malam membuat genangan air kembali naik. Akibatnya warga yang sudah membersihkan rumahnya dari lumpur banyak yang kembali ke tempat pengungsian.

Kerugian akibat bencana banjir yang meliputi kerusakan infrastruktur, lahan pertanian, rumah warga, serta ternak yang hilang dan mati, diperkirakan tidak kurang dari Rp 40 miliar. Pemerintah Kabupaten Ngawi berencana membantu perbaikan rumah warga yang rusak senilai Rp 3 juta per unit. "Dari Pemkab kita sudah mengucurkan bantuan sembako yang totalnya Rp 3 miliar," ujar Bupati Ngawi, Harsono, Senin pagi.

Bupati menambahkan, sedikitnya 18 warganya tewas akibat banjir, empat di antaranya korban tanah longsor di Kecamatan Sine. Korban tewas lainnya, yakni di Kecamatan Kwadungan sebanyak 10 orang, dan di Kecamatan Geneng empat orang. Namun, posko banjir di Kodim 8050 Ngawi melaporkan, hingga Senin pagi jumlah korban tewas di Ngawi mencapai 19 orang.

Menurut laporan Satlak Penanggulangan Bencana Alam (PBA) Kabupaten Ngawi, masih ada tiga desa di Kecamatan Kwadungan yang masih terendam banjir setinggi antara 25-75 cm. "Masih ada sekitar 22.000 jiwa penduduk di tiga desa itu yang bertahan di tempat pengungsian yang harus kita pasok makan-minum dan obat-obatan," ungkap Koordinator Satlak PBA setempat, M Shodiq Tri.

Sementara itu, berdasarkan informasi dari Koordinator Relawan Pondok Pesantren Gontor, sekitar 55.000 warga Ngawi masih bertahan di pengungsian. Pengungsi terutama warga dari lima desa di Kecamatan Pitu dan Kecamatan Karanganyar, yang rumahnya kembali digenangi air setinggi 1 hingga 2 meter.

Akibat banjir, penyakit mulai mendera masyarakat Kabupaten Ngawi, terutama infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan penyakit kulit. Sanitasi yang buruk dan sulitnya air bersih membuat warga juga banyak yang terkena penyakit diare dan tekanan darah tinggi.

"Kondisi pascabanjir sangat rawan bagi kesehatan, terlebih lagi di sejumlah lokasi banyak ditemukan bangkai hewan ternak," ujar Koordinator Tim Dokter Relawan Badan Pengelola Zakat (BP ZIS) Bank Mandiri, Ari Utami Sundari, seusai pelayanan kesehatan gratis di Mantingan, Ngawi, Senin (31/12).

Sementara itu, dari keterangan warga, pemerintah setempat sangat lamban melakukan mitigasi bencana. "Hingga hari kelima tak satu pun tim medis yang dikirim pemerintah. Padahal Puskesmas hanya berjarak 1,5 km dari kampung kami," ujar Jimin, warga Desa Sambirejo, Mantingan, Ngawi.

Banjir Bojonegoro

Secara terpisah, Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, HM Santoso mengungkapkan, musibah banjir yang terjadi tahun ini merupakan terbesar sepanjang sejarah. Sebab, 15 dari 27 kecamatan di kabupaten, terutama yang dekat dengan daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo, terendam banjir.

Penyebab jebolnya tanggul, akibat tingginya debit air Bengawan Solo yang mengikis tanggul. Akibatnya banjir kiriman dari hulu Kabupaten Sragen dan Solo tersebut, menggenangi desa-desa di 15 kecamatan, termasuk Kecamatan Kota Bojonegoro. Secara umum, banjir kali ini menggenangi sekitar tiga perempat wilayah Bojonegoro.

Terkait banjir besar tahun ini, Kepala Perum Jasa Tirta I, sebagai pengelola Bengawan Solo, Erwin menjelaskan, bahwa kondisi ini adalah siklus 25 tahunan, sehingga cukup luas areal genangan airnya.

Meninjau Longsor

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, berjalan kaki sejauh 2,5 kilometer menuju lokasi tanah longsor di Dusun Mogol, Ledoksari, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng, Senin (31/12) pagi.

Dengan pengawalan ketat, Presiden menyempatkan menengok lokasi longsor, sekaligus memberikan pencerahan dan semangat kepada keluarga korban. Presiden yang bersepatu boot dan berpakaian safari cokelat, juga mendengarkan paparan dari Bupati Karanganyar Rina Iriani Sri Ratnaningsih mengenai longsor Tawangmangu.

Sampai hari kelima (Minggu, 30/12) tiga orang dari 34 orang yang tewas belum ditemukan. Ketiganya adalah Asmo Paidi (40), Suhari (68), dan Sami alias Domi (52). [ES/080/070/L-11/152]



Post Date : 31 Desember 2007