|
Jakarta, Kompas - Hujan yang mengguyur kawasan Bogor, Depok, dan sebagian DKI Jakarta pada Selasa (23/1) lalu, menyebabkan Sungai Ciliwung dan beberapa sungai kecil lain meluap. Akibatnya sebagian Jakarta dan Depok, mulai Selasa malam hingga Rabu (24/1) dilanda banjir dengan ketinggian 50 sentimeter hingga 1,2 meter. Sekitar 200 rumah di enam Rukun Tetangga di Kelurahan Petogogan, Jakarta Selatan terendam banjir sejak Selasa-Rabu (23-24/1). Dalam pantauan di sekitar kawasan Pulo Raya di belakang Kantor Walikota Jakarta Selatan, air mulai menggenangi jalan raya dan masuk ke sejumlah rumah yang berhalaman rendah hingga setinggi pinggang orang dewasa. Wani, pengurus RW 01 Kelurahan Petogogan menjelaskan, banjir terjadi sejak pukul 15.00 WIB Selasa saat hujan deras turun. "Sejauh ini belum ada warga yang diungsikan. Memang ada kawasan yang terendam hingga satu meter lebih di dekat aliran Kali Krukut yang mengalir di RW 01 hingga RW 03 Kelurahan Petogogan. Di RW 01 yang terkena banjir adalah RT 02, 03, 04, 05, 06 dan 13," ujar Wani. Meski demikian, pihak kelurahan sudah siaga untuk mengungsikan warga. Abdullah seorang anggota Pertahanan Sipil setempat menjelaskan, banjir yang terjadi tidak separah tahun 2002. Akibat banjir sejumlah sekolah seperti Tarakanita diliburkan. Jalan menuju lokasi sekolah terendam air. Selain di Petogogan, di kawasan Cipulir juga terjadi banjir akibat meluapnya air Kali Pesanggrahan. Luapan air menggenangi sejumlah pemukiman penduduk. Kawasan yang tergenang merupakan perumahan warga menengah ke atas. Hanya terlihat sejumlah warung yang masih berjualan di halaman rumah warga di tengah suasana banjir. Ani seorang warga setempat mengatakan, rumah tempat dia bekerja selalu mengalami banjir di halaman saja. "Air tidak sampai masuk ke dalam," ujar Ani yang bekerja di Jalan Pulo Raya IV. Apel Banjir Pemerintah Kota Jakarta Selatan menyiapkan apel banjir melibatkan pelbagai instansi terkait dalam menghadapi ancaman bencana seiring turunnya hujan deras. Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Air Atik Angkasa menjelaskan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah pompa untuk mengatasi banjir. "Ada sejumlah cekungan yang rawan banjir sehingga pemerintah menyiapkan pompa di IKPN-Bintaro, TVRI-Senayan, Kebon Baru-Tebet, dan Pengadegan. Selain itu ada 12 pompa yang disiagakan dapat digerakan ke lokasi banjir setiap saat. Dapur umum, PMI, Kodim, Polres dan tim SAR juga disiapkan," ujar Atik. Dia meminta warga untuk mengubah pola hidup dengan menjaga kebersihan. Sebagai contoh adalah kawasan Jembatan Kalibata yang kerap dipenuhi sampah sehingga menjadi salah satu pemicu banjir. Ati mengingatkan ada sejumlah titik rawan banjir di sepanjang aliran Kali Ciliwung, Kali Grogol, Kali Krukut dan Kali Pesanggrahan yang mengalir di wilayah Jakarta Selatan. Menurut dia, ada sekitar 20 kelurahan dari 65 kelurahan di Jakarta Selatan yang berada pada lokasi rawan banjir. (ong) Sementara air juga menggenangi dua RW di Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jakarta Timur. Kedua RW itu adalah RW 02 dan RW 03, Kelurahan Kampung Melayu. Air mulai masuk ke rumah-rumah yang berada di bantaran sungai sekitar pukul 01.00 dinihari. "Kami sedang tidur, tahu-tahu air masuk. Buru-buru kami pindahkan barang-barang dan tidur di atas," kata Suparmi, warga RT 09/ RW 02, Kampung Pulo. Sementara menurut Abdul Wahab (64), dirinya sudah mengira air akan masuk ke rumah karena pada hari Selasa lalu hujan turun sepanjang hari. "Kami sudah hafal. Kalau di sini hujan seharian, tentu di Bogor juga hujan. Makanya kami sudah waspada. Apalagi di masjid juga sudah diumumkan ketinggian air di pintu air Depok mencapai 175 sentimeter," ujar Abdul. Menurut seorang petugas di Posko Banjir Jakarta Timur, ketinggian air di Depok mencapai 175 sentimeter, sementara di pintu air Manggarai mencapai 740 sentimeter. "Kalau di Depok mencapai 175 sentimeter, biasanya ketinggian air di Kampung Melayu akan mencapai 50 sentimeter," jelas dia. Warga di Kampung Melayu mengatakan, banjir Rabu dinihari ini merupakan yang keempat kalinya sepanjang bulan Januari, dimana air masuk hingga ke dalam rumah. Namun kalau air hanya menggenangi jalan di depan rumah sudah sering. Tampak pada Rabu siang para warga tetap menjalani kegiatannya seperti biasa. Pemilik warung tetap berdagang, pedagang minyak keliling tetap menjajakan dagangannya. Anak-anak bahkan mendapat hiburan dengan bermain air dan berenang di kali. 300 KK di Pancoran Mas Kebanjiran. Banjir yang merendam rumah milik 300 keluarga di enam RT di RW 03 di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok sejak Selasa (23/1) malam, hingga Rabu (24/1) sore berangsur surut. Dampak banjir tersebut, selain rumah terendam, juga sumur warga tak bisa digunakan, dan seorang anak digigit ular. Ny Saadah (50) yang ditemui Kompas sedang membersihkan rumahnya Rabu siang menceritakan, hujan yang turun sepanjang hari Selasa menyebabkan air kali irigasi di dekat perkampungan itu meluap. "Saya sudah was-was air bakal masuk rumah. Ternyata benar, jam setengah sembilan malam, air masuk ke dalam rumah," cerita pedagang daging di Pasar Kemiri Muka Depok itu. Ny Saadah yang memiliki sumur tanah itu mengatakan pula, saat ini sumurnya tak bisa digunakan karena tercemar limbah banjir. Ketua RT 02 RW 03, Ny Ali (37) mengisahkan, banjir merendam rumahnya hingga setinggi dada orang dewasa atau 1,2 meter. "Ada laporan warga, anak bernama Novi (8 tahun) luka digigit ular dan dibawa ke rumah sakit. Ular bermunculan pada saat banjir seperti ini," kata Ny Ali. Warga lainnya, Amril (50) berharap kali irigasi yang saat ini lebarnya tiga meter, dilebarkan lagi agar dapat menampung air hujan dan kiriman air dari Bogor. Kepala Kelurahan Depok, Indra Winata mengakui, banjir di wilayahnya disebabkan air kali irigasi, anak Kali Bojonggede meluap. "Ada penyempitan dan pendangkalan di kali tersebut. Selain itu, tata ruang perkampungan itu semrawut," kata Indra yang menambahkan, banjir di wilayah tersebut sudah beberapa kali terjadi, terutama pada musim hujan. (KSP) Post Date : 25 Januari 2007 |