Banjir Muaraenim Ribuan Warga masih Mengungsi

Sumber:Media Indonesia - 27 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

RIBUAN warga masih mengungsi ke tempat yang lebih aman, misalnya jalan raya, dan sebagian lagi di tepi rel kereta api. Sebagian pengungsi mulai terserang penyakit diare dan gatal-gatal.

Bantuan makanan dan obat-obatan untuk korban banjir terus berdatangan. Kemarin, Tim SAR Merdeka Pentagon melakukan distribusi bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi banjir di dua kecamatan, yakni Kecamatan Gunung Megang dan Kecamatan Benakat.

Selama di pengungsian, tim Merdeka Pentagon bekerja membantu masyarakat korban banjir tersebut selama beberapa hari, yakni melakukan bantuan kemanusiaan, membuka dapur umum, memberikan pelayanan obat-obatan yang dipusatkan di Desa Belimbing, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muaraenim.

Ketua Tim SAR Merdeka Pentagon Wayan mengatakan bantuan yang diberikan kepada para korban banjir tersebut adalah peralatan yang dibutuhkan masyarakat saat ini berupa selimut, sarung, beras, mi instan, roti, air mineral, serta peralatan medis lengkap dengan obat-obatan.
Tim SAR juga membawa alat evakuasi berupa perahu karet dan pelampung untuk membantu masyarakat yang ingin keluar rumah atau masyarakat yang ingin berobat, tapi tidak bisa keluar rumah karena sakit.

Ketinggian air yang semula 3 meter saat ini menjadi sekitar 2 meter. Hal itu terjadi, antara lain, di Kecamatan Gunung Megang, Kecamatan Benakat. Camat Benakat Arlan Dephil mengaku kondisi banjir di Kecamatan Benakat sudah mulai surut.

''Ketinggian air sendiri saat ini sudah surut hingga selutut orang dewasa. Begitu pula dengan sawah yang terendam. Kita harapkan kondisi seperti ini akan semakin membaik,'' ujarnya saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.

Sementara itu, aktivitas warga di Desa Pasir, Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, lumpuh akibat banjir setinggi 1-1,5 meter.

Banjir akibat meluapnya Sungai Mempawah karena hujan deras itu terjadi sejak tiga pekan lalu dan semakin meluas dalam sepekan terakhir. Akibatnya, merendam hampir seluruh wilayah desa yang terdiri dari tujuh dusun tersebut.

''Banjir terparah terjadi di Dusun Suap dan Sebukit Rama. Di sana terdapat sekitar 300 rumah yang terendam air setinggi 60 sentimeter dari lantai. Sementara itu, di dusun lainnya genangan air baru sampai mengenangi pekarangan rumah,'' kata Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Pasir M Sirajuddin.

Dari Padang, Sumatra Barat, dilaporkan, banjir yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan dan Padang dalam kurun sepekan ini terjadi akibat penggundulan hutan, kerusakan daerah tangkapan air, dan pendangkalan sungai.

Pemerintah kabupaten diminta membuat bendungan kecil (embung) sembari melakukan penghijauan. Direktur Eksekutif Walhi Sumbar Khalid Saifullah mengatakan bencana banjir dan longsor di Pesisir Selatan terjadi akibat rusaknya hutan di hulu sungai. ''Selain di Pesisir Selatan, hutan yang rusak parah juga terdapat di Solok Selatan dan juga Padang,'' katanya.

Bila hujan turun 2-3 jam saja, menurutnya, hampir dipastikan di sekitar daerah muara akan banjir besar.

Manajer Pusat Kendali Operasi (Pusdalops) Penanggulangan Bencana Sumbar Ade Edward mengakui banyaknya hutan di Sumbar yang rusak. ''Yang disebutkan Walhi itu benar. Makanya, pemerintah kabupaten, terutama Pesisir Selatan dan Solok Selatan, harus membangun beberapa embung atau bendungan kecil di hulu sungai.''

Dari Tuban, Jawa Timur, warga korban banjir di Desa Kenongosari, dan Pandanwangi, Kecamatan Soko, mempertanyakan jumlah beras yang didistribusikan pemerintah kabupaten, bantuan beras dari pemerintah Jepang. Pasalnya, bantuan beras tersebut diduga hanya diberikan 3 kg dari jumlah sebenarnya 10 kg setiap kepala keluarga.

Berdasarkan data yang dihimpun menyebutkan bantuan beras untuk korban banjir yang terjadi awal 2008 ini diberikan pemerintah Jepang, khususnya bagi warga korban banjir terutama di tiga kabupaten, di antaranya yang berada di wilayah Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro.

Sementara itu, angin puting beliung Kamis (25/12) malam menghantam sejumlah kawasan di Surabaya, Jawa Timur. Kawasan paling parah terkena adalah Lidah Kulon, tercatat 54 rumah rusak berat diterjang puting beliung.

Di sisi lain, tiga nelayan Sungailiat Bangka, Provinsi Bangka Belitung, yakni Oleng, 38, Junaidi, dan Gusmadi, 30, hingga kemarin belum juga ditemukan. Ketiganya dikabarkan hilang diterjang ombak ketika sedang melaut di perairan Belinyu Bangka.

Dari Kota Bengkulu dilaporkan pada musim penghujan jalanan di daerah tersebut rawan kecelakaan. Pasalnya, jalan berlubang yang tergenang air menimbulkan kecelakaan bagi pengendara sepeda motor dan kendaraan roda empat. "Setiap harinya di Kota Bengkulu sering terjadi kecelakaan karena jalan banyak yang berlubang,'' kata ujar Sahrul, 35, warga Kota Bengkulu. (Tim/N-2)



Post Date : 27 Desember 2008