|
Langkat, Kompas - Banjir bandang yang melanda sekitar 1.500 hektar tanaman pertanian di tiga kecamatan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sejak dua pekan terakhir menyebabkan petani resah. Jika tidak ada bantuan bibit, para petani mengaku tidak bisa lagi bercocok tanam. Sampai Jumat (28/1) siang, air masih menggenangi lahan pertanian di Kecamatan Batang Serangan, Kecamatan Sebrang, dan Kecamatan Padang Tualang. Tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang hijau yang belum sempat dipanen terlihat rubuh. Banjir juga menggenangi kebun kelapa sawit dan ratusan rumah penduduk. Di perkampungan, banjir mulai surut sehingga warga yang sebelumnya mengungsi mulai pulang ke rumah masing- masing. Menurut sejumlah warga, banjir kali ini merupakan yang tertinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di Desa Jati Sari, Kecamatan Tualang, sejumlah petani mencoba memanen sisa-sisa padi yang selamat dari air bah. "Dari sekitar setengah hektar tanaman padi kami, yang bisa diselamatkan paling banyak hanya seperempat. Itu pun hasilnya buruk, karena banyak yang puso karena terendam air selama dua pekan ini," ujar Tohir Siahaan, petani. Penasihat Kelompok Tani dan Nelayan Andalan Kecamatan Tanjung Tualang, Ramli Batubara (64) menyatakan, area pertanian yang kebanjiran di tiga kecamatan diperkirakan mencapai 1.000 hektar lebih, meliputi tanaman padi, jagung, kacang hijau, dan kedelai. "Itu pun belum ditambah kebon kelapa sawit yang kebanjiran. Jika ditotal keseluruhan, saya kira bisa mencapai 1.500 hektar lebih," ujarnya. Menurut Ramli, para petani mengaku kesulitan menanam lagi karena mereka telah kehabisan bibit. Mereka berharap pemerintah segera memberikan bantuan bibit sehingga mereka bisa mulai bercocok tanam. Makin sengsara Sementara dari Palembang dilaporkan, hujan yang mengguyur Kota Palembang, Sumatera Selatan, Jumat siang, menyebabkan banjir yang menggenangi beberapa kawasan di daerah itu tidak menyurut, bahkan di beberapa titik bertambah tinggi. Ribuan warga korban banjir bertambah sengsara, karena aktivitas sehari- harinya menjadi terganggu, apalagi berbagai penyakit kulit juga terus menyerang mereka. Data dari Posko Banjir di Kelurahan Karang Jaya, Kecamatan Gandus, menyebutkan, ratusan warga di daerah itu sudah diserang gatal-gatal di telapak kaki, influensa, dan demam. Banjir di sekitar daerah itu merendam rumah setinggi sekitar setengah meter. (aik/iam) Post Date : 29 Januari 2005 |