|
CIREBON, (PR).- Ratusan rumah warga di Kec. Gunung Jati, Kab. Cirebon tergenang luapan Sungai Sapu atau Kalisapu, Jumat (5/12) malam lalu. Meski pengerukan telah dilakukan, namun tingginya curah hujan di daerah itu mengakibatkan sungai tak mampu menampung air hingga meluap dan menggenangi permukiman warga. Luapan Kalisapu itu, terutama merendam permukiman warga di Desa Wanakaya. Daerah terparah terletak di RT 03 RW 04 yang berada tidak jauh dari sungai. Tidak hanya rumah warga, fasilitas desa juga ikut terendam. Seluruh jalan desa, balai desa, musala, dan kantor-kantor pemerintah di desa ikut tergenang. Ketinggian air mencapai rata-rata setengah meter. Air baru surut begitu hujan reda dan ketinggian air sungai menurun pada Sabtu dini hari. Namun demikian, sejumlah warga mengaku banjir pada Jumat malam masih relatif kecil. Biasanya, genangan banjir di Wanakaya bisa mencapai lebih dari satu meter. "Tahun lalu jauh lebih parah, air bisa mencapai satu meter. Banjir kemarin sepertinya menjadi peringatan agar warga mulai waspada," kata Basari, Ketua RT 03 RW 04 Wanakaya. Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) setempat mulai mengeluarkan peringatan waspada banjir. Hal ini menyusul ramalan cuaca yang menyebutkan mendekati pertengahan Desember, curah hujan bakal terus meningkat. "Kami mengeluarkan peringatan waspada banjir, terutama di daerah yang rawan dan selama ini menjadi langganan banjir," kata Kepala Seksi (Kasi) Operasi PSDA, Rohandi. Selain Gunung Jati, di Cirebon ada enam kecamatan lain yang rawan banjir. Masing-masing Kapetakan, Suranenggala, Gunung Jati, Gegesik, Panguragan, Waled, dan Losari dengan potensi luas genangan mencapai 6.000 ha. Di Kab. Majalengka Sementara itu, dari Kab. Majalengka dilaporkan belasan hektare tanaman padi di Kec. Jatitujuh, terendam banjir sejak Jumat (5/12) sore. Akibatnya, padi yang baru ditanam terancam gagal, sehingga para petani terpaksa melakukan tanam ulang. Tanaman padi yang terendam banjir tersebut, di antaranya terdapat di Blok Cibuaya, Desa Panyingkiran, Kec. Jatitujuh. Menurut sejumlah warga Desa Panyingkiran, banjir itu terjadi akibat aliran irigasi di Sungai Cibuaya meluap melebihi tanggul yang ketinggiannya hanya beberapa meter. Sawah di wilayah tersebut menurut salah seorang petani asal Desa Panyingkiran, Kec. Jatitujuh, Aep Fahrudin (31), hampir setiap tahun terendam banjir jika curah hujan terus tinggi. Namun, tahun lalu rendaman air tidak sampai berhari-hari sehingga tanaman padi masih bisa dipertahankan. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka H.Juhana saat dimintai konfirmasi mengenai hal tersebut mengaku belum mendapat laporan. (A-93/C-31) Post Date : 09 Desember 2008 |