|
SOLO - Menyusul luapan Bengawan Solo yang menggenangi ratusan rumah di delapan kelurahan, Minggu (6/1) dini hari, Pemkot Surakarta menyatakan Solo dalam status siaga banjir hingga waktu yang belum ditentukan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi, Pulau Jawa hari ini dan juga beberapa hari mendatang berpotensi hujan ringan-sedang, kecuali kawasan pantura Jateng dan Jatim yang berpotensi hujan lebat sepanjang siang hingga malam hari. Dengan demikian, banjir lebih besar berpotensi terjadi. Terlebih minggu ini adalah pekan-pekan pertama dari sekitar enam pekan puncak musim hujan di Indonesia. Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengatakan, pihaknya terus berjagajaga mengantisipasi luapan Bengawan Solo. Saat ini, muka air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu kembali naik. “Cuaca belum bisa dipastikan. Saat ini potensi hujan masih tinggi. Makanya, kami terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi permukaan Bengawan Solo,” ujar Hadi Rudyatmo saat dijumpai di Loji Gandrung. Berdasarkan data Pemkot, luapan Bengawan Solo telah menggenangi sekitar 800 rumah hanya di kota tersebut. Ratusan rumah itu tersebar di tiga kecamatan, yakni Jebres, Pasarkliwon, dan Serengan. Di Jebres, banjir menggenangi 38 rumah di Kelurahan Pucang Sawit, 148 rumah di Kampung Sewu, 61 rumah di Jebres dan belasan rumah di Mojosongo. Adapun di Kecamatan Pasarkliwon, banjir merendam 400-an rumah di Sangkrah dan 223 rumah di Semanggi. “Sementara di Kecamatan Serengan, ada belasan rumah yang terendam di Joyontakan. Kondisi itu menyebabkan warga mengungsi di tanggul sungai.” Pria yang biasa disapa Rudy ini siap menggunakan sebagian anggaran tak terduga, yang dialokasikan dalam APBD 2013 sebesar Rp 1 miliar. Bantuan berupa beras seberat lima ton, minyak goreng, mi instan, peralatan pembersih lantai, dan barang lain pun telah disiapkan sebagai bantuan tahap awal. “Sore ini (kemarin-red), bantuan kami distribusikan di titik-titik pengungsian,” kata dia. Pemkot Solo juga telah memetakan sejumlah lokasi pengungsian, apabila kondisi di lapangan bertambah buruk. “Kami pantau dulu kondisi riilnya. Jika perlu, kami akan siapkan tempat pengungsian seperti kantor kelurahan dan LPMK di sekitar permukiman warga sebagai tempat evakuasi,” urai wali kota. Kabid Bina Operasi dan Pemeliharaan Bantaran Sungai BBWSBS, Danang Baskoro, meminta warga waspada. Meski petugas lapangan stasiun pemantauan Bengawan Solo melihat intensitas luapan cenderung menurun pada Minggu siang, hal itu belum menjamin ancaman banjir bakal berakhir. “Tetap waspada, terutama warga yang ada di sepanjang bantaran. Soalnya curah hujan masih cukup tinggi,” jelasnya. Di Klaten, 50 rumah juga terendam oleh luapan Bengawan Solo. Ke-50 rumah tersebut tersebar di Desa Serenan, Kecamatan Juwiring. Desa Serenan merupakan salah satu wilayah hulu atau ujung Bengawan Solo. Di Karanganyar, banjir merendam Desa Ngringo, Kecamatan Jaten. Sebanyak 57 rumah dan satu mushola di Dusun Daleman, Jomboran, dan Dalon, terendam antara 1 - 2 meter. Warga diungsikan ke rumah tetangga yang aman atau tenda darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Ada 192 jiwa yang mengungsi karena rumah mereka kebanjiran. Di Sukoharjo, banjir merendam 100-an rumah di sejumlah kecamatan. Ratusan warga mengungsi ke tempat aman, antara lain masjid dan tanggul. Wilayah yang terendam antara lain Dukuh Nusupan, Kadokan (Grogol), Kesongo (Mojolaban), Gadingan, Laban (Mojolaban), Pangen, Jetis (Sukoharjo), Jlumbang (Weru), dan Daleman (Nguter). Dukuh Nusupan paling rawan karena dikepung Bengawan Solo, Sungai Samin serta Ranjing. Luapan Bengawan Solo juga memutus jalan penghubung antara Kecamatan Masaran dan Plupuh, Sragen, Minggu (6/1) pukul 09.30. Air luberan dari sungai itu meluap di dekat Jembatan Sari, Pringanom, Masaran. Genangan banjir setinggi pinggang orang dewasa, sehingga pengendara motor dan mobil tidak berani melintas Di Wonogiri, banjir dan tanah longsor melanda Kecamatan Selogiri. Puluhan rumah di Desa Gemantar dan Jaten tergenang banjir. Bersamaan itu, bencana longsor terjadi di Desa Pare, Kepatihan, dan Keloran. Tidak ada rumah yang roboh maupun korban jiwa. Berubah Cepat Muka air Bengawan Solo saat ini sering berubah cepat, kadang naik kadang turun. Perubahan itu dipengaruhi intensitas hujan yang turun di daerah hulu. Pantauan di Blora, pada Jumat pekan lalu debit air naik tinggi. Namun sehari kemudian turun dan naik lagi pada Minggu (6/1). Perubahan debit air yang fluktuatif itu tidak sampai menyebabkan banjir di daerah aliran sungai (DAS) di wilayah Blora. Ancaman banjir tak melulu datang dari Bengawan Solo. Di Kebumen, Sungai Turus juga menyebar ancaman. Ribuan hektare sawah di Kecamatan Kuwarasan, Puring, Adimulyo, Petanahan, dan Karanganyar terendam akibat meluapnya sungai tersebut. Sementara itu, memasuki hari keempat, banjir di Desa Penolih dan Cilapar, Kecamatan Bukateja, Purbalingga, belum juga surut. Puluhan rumah dan ratusan hektare sawah masih terendam. Hal itu disebabkan Sungai Ranu dan Kacangan yang sempit, serta daerah tersebut merupakan cekungan. Akibat banjir Kamis (3/1), di Desa Penolih dan Cilapar terdapat 70 warga yang rumahnya terendam. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 85,680 juta. Di Pantura, banjir juga kembali datang. Kemarin, ribuan rumah di Kelurahan Dampyak dan Desa Mejasem Timur, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, yang terendam banjir setinggi satu meter. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi. Hujan lebat pada Sabtu (5/1) malam membuat sekitar 800 rumah di Perumahan Bahari Sentosa terendam air setinggi antara 50 cm hingga 1 meter. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Sarwa Permana, mengatakan, saat ini pihaknya telah menambah logistik untuk mengantisipasi kemungkinan banjir di daerah aliran Bengawan Solo. ‘’Pagi tadi (kemarin) kami telah mengirim tambahan logistik ke Sukoharjo, Karanganyar, serta Solo. Selain itu juga menambah petugas untuk membantu BPBD setempat,’’ kata Sarwa. Menurut dia, pihaknya masih sebatas memberikan bantuan seperti mi, selimut, dan bahan makanan lain. ‘’Banjir di Bengawan Solo merupakan bencana rutinitas tiap tahun. Masyarakat di sana sudah tahu apa yang harus dilakukan,’’ jelasnya. ‘’Langkah pertama yang kami lakukan tentunya mengevakuasi warga, terutama orangtua dan anak-anak, itu sudah menjadi standar operasi kami,’’ papar Sarwa. Selain logistik, tambahnya, BPBD Jateng juga telah menyiapkan tenda darurat. Namun, sejauh ini belum difungsikan. Untuk Jateng, secara keseluruhan dialokasikan dana sebesar Rp 40 miliar untuk penanggulangan bencana. ‘’Kami juga menerima bantuan Rp 1 miliar dari BNPB untuk penanggulangan bencana banjir,’’ ungkapnya. (H73,H80,H34,an,H46,nin,P27,H18,J19,H8,H82,K22,H64-43) Post Date : 07 Januari 2013 |