|
BANJIR di Pekanbaru, Riau, mengganggu pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berlangsung 22 September mendatang. Sebanyak 25.000 pemilih di empat kabupaten/kota diperkirakan terancam kehilangan hak pilih karena lokasi tempat pemungutan suara (TPS) terendam banjir. Di Pekanbaru saja, saat ini sebanyak 27 TPS dengan jumlah pemilih sebanyak 11 ribu suara dilaporkan teredam air dan tidak dapat dipergunakan. ''Keadaan Pilkada Riau saat ini sudah gawat. Ini rentan dengan gugatan karena undang-undang tidak ada mengatur tentang pemindahan TPS,'' kata Kepala Kelompok Kerja (Pokja) Kampanye Pilkada Riau Makmur Hendrik kepada Media Indonesia, kemarin. Menurut Hendrik, UU Pemilu No 10/2008 tidak memperbolehkan pemilih di suatu tempat untuk memilih di TPS lain. Sementara itu, kondisi di empat daerah, yakni Pekanbaru, Kampar, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir dipastikan sudah terkena banjir. KPU Riau berencana menggelar rapat pleno khusus pada Rabu (17/9) untuk mencari solusi terbaik mengatasi permasalahan tersebut. Rapat itu juga bakal dihadiri berbagai pihak seperti Panwas Riau, tiga pasangan kandidat Pilkada Riau, kepolisian, dan Kejaksaan. ''Kita menawarkan pemindahan TPS dengan terlebih dahulu yang disaksikan sejumlah aparat hukum seperti dari Kejaksaan dan polisi. Jaksa dan polisi itu dapat menjadi saksi jika nanti timbul gugatan terhadap hasil Pilkada Riau,'' ungkapnya. Meluas Pada Minggu (14/9), banjir merendam enam kecamatan, yakni Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, Tampan, Lima Puluh, Tenayan Raya, dan Payung Sekaki. Kemarin luasan air bah meluas ke Kecamatan Senapelan. Meluasnya air bah tersebut karena Kota Pekanbaru terus diguyur hujan deras sejak Minggu malam hingga kemarin pagi. ''Banjir makin parah. Pada hari ini ketinggian air di kawasan Tenayan Raya, tepatnya di pertemuan Sungai Sail dan Siak, mencapai dua meter. Jumlah pengungsi di beberapa titik terus bertambah seiring dengan meningkatnya ketinggian air tersebut,'' kata Kepala Subdinas (Kasubdin) Bantuan Sosial Dinas Sosial Pekanbaru, Abdul Kodir, kepada Media Indonesia, kemarin. Bahkan, guyuran hujan yang disertai angin kencang membuat 12 tenda pengungsian milik Dinas Sosial roboh. Kondisi itu cepat tertangani setelah warga secara bergotong royong kembali membangun tenda-tenda tersebut. ''Sebagian warga ada yang pindah ke ruko-ruko (rumah toko) terdekat karena tidak tahan mengungsi di tenda-tenda darurat,'' jelas Abdul Kodir. Dari Banjarmansin dilaporkan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) akan menyelidiki penyebab banjir yang setiap tahun melanda sejumlah daerah di wilayah tersebut. Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Kalsel, Arsyadi, kemarin mengatakan pihaknya segera menurunkan tim terpadu untuk menyelidiki penyebab banjir tahunan yang melanda Kalsel. Sepanjang 2008 sudah enam kali bencana banjir melanda enam kabupaten di Kalsel dengan total korban bencana mencapai 15.670 KK dan tujuh warga meninggal dunia. Taksiran kerugian diperkirakan lebih dari Rp4 miliar. ''Termasuk Jalan Trans-Kalimantan yang selalu terendam banjir. Ini akan kita benahi secara khusus dengan membangun jembatan layang,'' tambahnya. (RK/BG/DY/BS/N-1) Post Date : 16 September 2008 |